Choose You: Chapter 15

Suka atau tidak, Shin Hye harus tetap menerima bahwa sekarang dirinya tengah hamil. Anehnya, sama sekali tidak ada pikiran-pikiran aneh seperti melakukan aborsi terhadap kandungannya meski Shin Hye mengatakan tidak ingin hamil terlebih dahulu untuk sekarang. Ia bersyukur pikiran jahat itu tidak pernah terlintas diotaknya, entah apa yang akan terjadi kedepannya jika sampai hal itu ia lakukan.

Karena janin didalam perutnya ini-lah, Shin Hye memutuskan untuk mencoba percaya pada Geun Suk. Pria itu berhak tahu, lagi pula ia tidak akan bisa menyembunyikan kehamilannya ini terus-menerus, perutnya akan semakin buncit dari waktu ke waktu dan berakhir dengan kecurigaan dibenak suaminya.

Seperti sekarang, ia memang sedang masak untuk makan malam tapi otaknya setia menyusun kalimat-kalimat untuk memberitahukan hal penting ini pada Geun Suk. Ia merasa sedikit tidak yakin setelah mengingat sikapnya yang cuek terhadap Geun Suk akhir-akhir ini. Shin Hye takut Geun Suk tidak akan mendengarkannya.

“Aku pulang”.

Shin Hye menghentikan sejenak kegiatannya demi menghampiri Geun Suk didepan. Dahinya mengerut bingung kala melihat Geun Suk pulang sendirian. “Yerin?”.

“Masih bersama dokter Kang, entah pria itu akan membawa Yerin kemana”. Jawab Geun Suk sambil memberikan tas serta jas dokter-nya pada Shin Hye. “Kau masak apa, kenapa harum sekali?”. Lanjutnya sambil berlalu ke ruang makan dan duduk manis disana, menunggu hidangan yang telah dimasak oleh istrinya.

“Kau tidak mau mandi dulu?”. Tanya Shin Hye sekembalinya ia dari kamar –menyimpan barang-barang Geun Suk-

“Nanti saja, apa masih lama?”.

Shin Hye mendengus geli, ia segera menyelesaikan masakannya lalu menghidangkan makanannya dihadapan Geun Suk. “Apa kau tidak makan di rumah sakit? Binar matamu seperti kau sudah setahun tidak melihat makanan saja”. Wanita itu melepas apron ditubuhnya lalu duduk disamping Geun Suk.

“Bukan seperti itu, melihat masakan istriku memang selalu membuatku lapar”.

Shin Hye tersenyum. Ia pikir ini saat yang tepat untuk mulai berbicara, namun saat melihat lahapnya Geun Suk makan, wanita itu mengurungkan niatnya dan memilih untuk menunggu sampai suaminya selesai. “Pelan-pelan”. Ujarnya lembut sambil menyodorkan air putih yang telah ia tuangkan kedalam gelas sebelumnya.

“Kau tidak makan?”.

Shin Hye menggeleng. “Sebenarnya ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu”.

“Hal penting?”.

Shin Hye mengangguk.

Geun Suk menghentikan makannya lalu meraih selembar tisu, membersihkan sekitaran mulutnya sebelum perhatiannya kini lebih fokus pada Shin Hye. “Katakan, aku senang jika kau terbuka seperti ini”.

Shin Hye tersenyum tipis, merasa bersalah karena selama ini selalu bersikap tertutup pada Geun Suk. Padahal jelas sekali jika suaminya ini selalu memasang telinga kapanpun jika Shin Hye mau berkeluh kesah atau menceritakan masalahnya. Saat inipun, Geun Suk sampai meninggalkan makanannya yang masih tersisa setengah demi mendengarkannya berbicara. Satu tetes air mata jatuh ke pipinya, Shin Hye seperti dihantam batu yang besar saat melihat sikap Geun Suk barusan.

“Jadi, hal penting itu adalah hal sedih? Apa ini berhubungan dengan Ayahmu?”.

Shin Hye menggeleng. “Bukan”.

“Katakan sayang, aku tidak pandai dalam menebak”.

Shin Hye tersenyum, ia meraih tangan kiri Geun Suk lalu menggenggam tangan hangat suaminya dengan kedua tangannya sendiri. “Aku minta maaf atas semua sikap menyebalkan yang aku perlihatkan padamu”.

Geun Suk tidak menyahut, ia menunggu Shin Hye melanjutkan kata-katanya.

“Kau pernah bertanya apakah aku akan tetap tidak peduli jika kau mencintaiku”.

“Benar”.

“Jawabanku adalah… aku peduli. Karena sebenarnya, aku pun merasakan hal yang sama sepertimu, namun aku memilih untuk menepis dan menyembunyikan perasaan itu dibalik ketakutanku yang besar. Geun Suk, bisakah aku mempercayaimu?”.

Geun Suk tidak langsung membalas. Sebagai gantinya, pria itu membawa Shin Hye duduk diatas pangkuannya. Berusaha untuk membuat tubuh rapuh istrinya menjadi tenang. “Aku mengizinkamu untuk langsung membunuhku jika suatu hari aku membuat hatimu terluka”.

Shin Hye terkekeh. “Aku pegang ucapanmu”. Lalu memeluk Geun Suk dengan erat.

“Ada hal lain yang ingin kau bicarakan?”. Tanya Geun Suk, ia membalas pelukan Shin Hye tak kalah eratnya.

“Aku hamil”.

Kedua mata Geun Suk membola, ia melepaskan pelukannya lalu menatap Shin Hye dengan tampang terkejut. “S-sejak kapan?”.

“Aku baru tahu tadi siang. Dokter klinik itu bilang aku harus ke rumah sakit untuk mengetahui lebih detail”.

“Ya Tuhan, jadi disini…”. Geun Suk mendaratkan telapak tangannya yang sedikit gemetar diatas permukaan perut Shin Hye yang masih rata. Ia tidak bisa mendefiniskan perasaan yang sedang ia rasakan sekarang, fakta bahwa ia akan menjadi seorang Ayah dalam beberapa bulan kedepan adalah hal kedua –setelah Shin Hye memutuskan untuk percaya pada Geun Suk- yang paling membahagiakan yang pernah ia rasakan selama ia hidup.

“Kau terlihat sangat bahagia”.

Perhatian Geun Suk kini teralihkan pada Shin Hye. “Tentu saja, besok akan aku temani bertemu dokter kandungan dirumah sakit”. Ujarnya lalu mengecupi wajah Shin Hye sebagai luapan rasa bahagianya.

Drrrt… drrrt…

Ponsel disaku Geun Suk mengintrupsi kegiatan sepasang suami istri ini, Geun Suk mengembalikan Shin Hye ketempat duduk semula sebelum meraih ponselnya didalam saku celana. Ia mengernyit bingung saat melihat nama dokter Kang dilayar ponselnya.

***

30 menit berlalu namun masih tidak ada tanda-tanda Geun Suk dan juga dokter lain yang membantu pekerjaan pria itu keluar dari ruang UGD. Hal itu membuat Shin hye semakin diliputi rasa khawatir ditengah lamanya ia menunggu dikursi tak jauh dari ruangan itu.

Yerin…

Beberapa waktu lalu, dokter Kang menghubungi Geun Suk untuk memberitahu bahwa keadaan Yerin tiba-tiba memburuk setelah mengalami mimisan, batuk darah dan berakhir dengan tidak sadarkan diri. Ia –Shin Hye- dan Geun Suk langsung bergegas ke rumah sakit dan setelahnya hanya tersisa Shin Hye yang menunggu sendirian dikursi tunggu sementara Geun Suk segera bergabung dengan dokter lain.

Untaian doa terus ia ucapkan didalam hatinya. Sebenarnya, ia ingin masuk kedalam. Meggenggam tangan kecil Yerin untuk memberikan gadis kecil nan cantik itu kekuatan. Tapi hal itu mustahil. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain duduk menunggu sambil tidak berhenti berdoa.

Tubuhnya refleks berdiri saat mendengar bunyi pintu terbuka. Geun Suk yang keluar pertama dari sana dengan wajah lelah serta langkah yang lesu. Membuat pikiran-pikiran buruk melayang-layang diotaknya.

“Bagaimana dengan Yerin?”. Shin Hye tidak mendapatkan jawaban, membuat wanita itu semakin takut dengan kemungkinan terburuk yang melayang diotaknya. Sebagai gantinya, wanita itu langsung mendapatkan pelukan dari Geun Suk.

“Tuhan lebih menyayangi Yerin”.

“Maksudmu dia tidak mampu bertahan?”.

Shin Hye merasakan anggukkan Geun Suk sebagai jawaban atas pertanyaannya. Detik itu juga tangis yang sedari tadi ia tahan langsung pecah ditengah sunyinya lorong sumah sakit.

Geun Suk tidak bisa melakukan apapun selain lebih mengeratkan pelukannya. Wajahnya ia dongakkan demi menghalau air mata yang hendak jatuh. Ia sangat tahu bagaimana sayangnya Shin Hye terhadap Yerin. Begitupun dengannya, ia sudah menganggap Yerin sebagai anaknya sendiri.

***

7 months later…

“Maaf ya malam ini aku hanya bisa membuatkanmu bekal sandwich”. Ujar Shin Hye sambil meletakkan tas serta jas dokter milik Geun Suk diatas meja makan.

“Ini sudah lebih dari cukup”. Geun Suk merubah posisi duduknya menjadi menyamping, menghadap Shin Hye. Tanganya ia lingkarkan dipinggang istrinya yang semakin berisi. “Appa berangkat kerumah sakit dulu ya baby, jaga Eomma dengan baik dirumah”. Lalu ia memberikan beberapa kecupan sayang diatas perut buncit Shin Hye.

“Dia selalu saja bergerak dengan aktif jika kau menyapanya”.

“Dia pasti merindukanku karena aku jarang dirumah akhir-akhir ini, maaf ya baby”. Lagi, Geun Suk memberikan kecupannya diatas perut Shin Hye.

Ting.. tong..

Suara bel mengintrupsi kegiatan Geun Suk. pria itu mengumpat pada siapapun yang bertamu malam-malam begini dan mengganggu quality time nya bersama istri dan juga anaknya. Dasar!

“Biar aku yang bukakan pintu sekalian mengantarmu kedepan”. Shin Hye meraih tangan Geun Suk dan membawa pria itu kedepan.

Pintu terbuka. Baik Shin Hye mau pun Geun Suk dibuat bingung dengan kehadiran seorang wanita yang terlihat tidak baik-baik saja. Tubuhnya sangat kurus, pucat dan wajahnya terlihat keriput, sesekali wanita itu membenarkan cardigan tipis berwarna hitam yang dipakai ditubuh kurusnya.

“Kau mengenalnya?”. Geun Suk berbisik.

Shin Hye menggeleng. Ia tidak mengenal wanita ini, wajahnya terlihat asing. “Maaf, Anda siapa?”. Tanyanya dengan sopan.

“Aku kesini untuk bertemu Park Shin Hye”.

***

TBC

 

 

 

 

 

 

Choose You: Chapter 10

Geun Suk melepaskan jas dokternya dan meletakkannya begitu saja diatas sofa sebelum ia mendudukkan dirinya diatas sofa tersebut. Jam menunjukkan pukul 12 malam saat ia tiba dirumah. Kecelakaan beruntun yang terjadi membuatnya pulang selarut ini.

Tidak ada sambutan hangat dari Shin Hye, karena Geun Suk yakin istrinya itu pasti sudah terlelap. Sebenarnya, sudah beberapa hari ini ia terpikirkan dengan perubahan sikap Shin Hye yang terkesan dingin terhadapnya. Terhitung saat dimana ia pulang dari tugas dinasnya beberapa waktu lalu. Geun Suk berharap ia akan mendapatkan pelukan dan ciuman manis setibanya ia dirumah. Tapi ternyata tidak. Saat itu, Shin Hye sedang tidak ada dirumah. Wanita itu bilang sedang ada dibutik saat Geun Suk memilih untuk menghubunginya.

Dengan senang, Geun Suk mengatakan ia telah dirumah dan kembali mengatakan kata rindu untuk Shin Hye. Cukup lama Geun Suk menunggu balasan wanita itu, namun Geun Suk yang saat itu seolah sedang melayang tiba-tiba jatuh terhempas begitu saja ke tanah saat Shin Hye hanya membalas ucapan rindunya dengan ‘Syukurlah kalau kau sudah kembali’. Nada suaranya sangat datar, terlebih wanita itu langsung memutuskan sambungan telepon setelah mengucapkan kata-kata yang sama sekali tidak diharapkan oleh Geun Suk itu.

Demi Tuhan, bukan ini yang diharapkan oleh Geun Suk. Ia ingin pelukan hangat Shin Hye serta ciuman manis wanita itu. Geun Suk ingat, saat itu ia menatap layar ponselnya -yang memakai gambar wallpaper wajah manis Shin Hye- dengan pandangan bingung. Saat itu juga, ia mencoba berpikir positif, mungkin istrinya sibuk, mungkin lelah, atau alasan-alasan lain yang ia buat sendiri demi menghilangkan tanda tanya besar di kepalanya.

Geun Suk pikir perubahan sikap Shin Hye itu hanya terjadi pada hari itu saja, tapi sampai hari ini pun Shin Hye masih bersikap sama, menyebalkan dan Geun Suk tidak suka. Itulah yang membuat Geun Suk sedikit frustasi. Ia ingin Shin Hye-nya yang manis kembali.

Helaan napas lelah kembali keluar dari mulutnya sebelum Geun Suk beranjak dari duduknya dan pergi ke kamar. Ia menyempatkan diri untuk menghampiri Shin Hye dan mengecup bibir wanita itu sebelum berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

***

“Shin, sepertinya kita butuh berbicara berdua”. Geun Suk mencoba untuk memulai pembicaraan dengan Shin Hye sesaat setelah dirinya duduk dikursi. Sementara Shin Hye sendiri masih sibuk menata menu sarapan diatas meja makan, tampak sekali mengabaikan ucapan Geun Suk barusan.

“Kau mendengarku?”.

“Ya”.

“Baguslah. Aku kira, aku sedang berbicara dengan patung yang bisa berjalan”. Geun Suk sedikit menyindir. Ia rasa keadaan dan suasana tidak jelas ini harus segera diakhiri sebelum ia semakin frustasi.

“Apa sesuatu terjadi selama aku pergi dinas kemarin?”. Geun Suk kembali bertanya karena tidak ada satupun balasan dari istrinya selain ka Ya yang diucapkannya tadi. Ia memperhatikan gerak-gerik Shin Hye yang melepas apron dari tubuhnya sebelum duduk dihadapannya –Geun Suk-.

“Tidak ada”. Shin Hye langsung menyantap sarapan buatannya setelah menjawab singkat pertanyaan Geun Suk. Mengabaikan wajah marah suaminya seolah pria itu ingin sekali menyembur Shin Hye dengan air agar wanita itu kembali bersikap manis seperti sebelumnya.

“Dengar Shin Hye, saat ini aku sedang berusaha keras untuk menekan amarahku. Jadi, bisakah kau untuk tidak lebih memancingku lagi?”.

Tak!

Shin Hye meletakkan sumpit yang dipengangnya keatas meja dengan sedikit kasar. Ia menatap suaminya dengan datar. “Jadi, maksudmu dengan berbicara berdua adalah bertengkar denganku? Geun Suk, can’t you mess up my morning?”.

“Kau yang mengacaukannya sendiri”.

Whatever, I’m done”. Shin Hye berlalu meninggalkan Geun Suk sendirian dimeja makan. Ia pikir banyak hal penting yang harus ia lakukan dari pada meladeni ketidakjelasan suaminya. Meskipun jauh didalam hatinya, ia sangat ingin memeluk erat tubuh Geun Suk. Alasan ia menyelasikan sarapannya dengan cepat adalah karena ia takut akan kalah dengan hatinya sendiri dan berlari untuk mendapatkan Geun Suk didalam dekapannya. Itu adalah hal yang sedang ia hindari entah sampai kapan.

***

“Kita harus menyetok obat darah tinggi banyak-banyak. Kakek itu… bagaimana mungkin dia hanya mau minum obat darah tinggi. Keras kepala”.

Gerutuan dokter Kang sama sekali tidak didengarkan oleh Geun Suk. Ia terus saja berjalan didepan temannya itu sambil memikirkan pertengkarannya dengan Shin Hye tadi pagi. Jika ia tahu kesalahan apa yang dibuat hingga membuat Shin Hye seperti itu, mungkin ia bisa memperbaikinya. Tapi ini, ia tidak tahu apapun tentang kenapa Shin Hye-nya berubah. Semuanya terasa mendadak sampai Geun Suk tidak punya bayangan apapun tentang tindakan apa yang harus ia lakukan agar Shin Hye bicara penyebab kemarahannya dan kembali seperti semula.

Hah! Memikirkan semua itu membuatnya pusing.

“Aku seperti berbicara dengan tembok”. Sindir dokter Kang sambil melihat Geun Suk memasuki ruangannya lalu menutup pintu tepat didepan wajah dokter Kang. “Terserahlah”. Dengus dokter jomblo itu sebelum pergi dari sana. Nanti setelah memeriksa pasiennya, ia akan mengintrogasi Geun Suk tentang sikapnya yang aneh hari ini.

Tak lama setelah Geun Suk mengistirahatkan tubuhnya, suster Clara masuk membawa sebuah map. Geun Suk yang semula bersandar dipunggung kursi, kembali menegakkan posisi duduknya. “Ada apa suster Clara?”. Tanyanya dengan malas. Kalau boleh, ia ingin tidak ada seorang pun yang mengganggunya. Kecuali seseorang itu adalah Shin Hye.

“Dokter, jadwal operasi Nyonya Kim Sung Ryung sudah ditentukan, itu akan dilakukan besok malam. Dan ini…”. Suster Clara meletakkan map yang dibawanya keatas meja Geun Suk. “Hasil rontgen Tuan Myung Chul”.

Geun Suk hanya mengangguk lalu membuka map yang diterimanya, membaca isinya dengan teliti. Seberapa kacau pun hatinya saat ini, ia harus tetap fokus. Kalau tidak, bisa-bisa ia membahayakan nyawa pasiennya.

“Tapi dokter…”.

Geun Suk menggeram didalam hatinya. Ia kira suster Clara akan pergi tanpa ia suruh, tapi ternyata… Geun Suk mendongak, mentap Clara dengan kesal.

“A-ada bulu mata jatuh diwajah dokter”. Suster itu melanjutkan ucapannya dengan sedikit takut. Takut melihat wajah kesal dokter pujaannya.

Geun Suk mengusap-usap wajahnya dengan telapak tangan untuk menghilangkan bulu mata yang dimaksud oleh suster centil ini.

“Biar aku bantu dokter”. Suster Clara memajukan tubuhnya kerah Geun Suk untuk mengambil bulu mata yang masih ada diwajah pria itu.

Geun Suk diam, ini benar-benar posisi yang tidak nyaman. Ia takut ada seseorang yang masuk dan menyimpulkan hal yang tidak-tidak saat melihat posisinya dengan suster Clara. Hell No!

“Jadi, kau beralih profesi menjadi seorang wanita penggoda suami orang, suster Clara?”.

***

“Imo, sebenarnya syal ini untuk dokter Jang”.

Shin Hye terdiam mendengar ucapan Yerin, lalu tatapannya beralih pada syal yang baru saja ia berikan pada Yerin. Syal yang ia buat atas permintaan Yerin ternyata adalah hadiah dari gadis kecil ini untuk Geun Suk.

“Aku ingin memberikan ini pada dokter Jang, tapi dokter Kang melarangku untuk keluar. Imo, tolong berikan ini pada dokter Jang ya?”.

Cukup lama Shin Hye terdiam sebelum akhirnya tersenyum manis. Ia menerima kembali syal buatannya. Wanita itu mengusap-usap kepala Yerin sampai gadis cantik itu terlelap. Hah! Niat hati ingin menghilangkan penat atas pertengkarannya dengan Geun Suk, kini ia justru harus bertemu dengan pria itu.

Dan disinilah Shin Hye, didepan pintu ruangan Geun Suk yang tertutup. Ragu-ragu ia menyentuh knop pintu lalu membukanya. Ia tertegun saat melihat suaminya sedang berduaan dengan seorang suster. Ah! Shin Hye tahu, itu suster Clara. Siapa lagi, tidak ada suster yang menaruh perhatian lebih pada suaminya selain suster Clara.

“Jadi, kau beralih profesi menjadi seorang wanita penggoda suami orang, suster Clara?”.

Shin Hye bisa melihat reaksi terkejut dari suaminya dan juga suster Clara. Terbukti dengan reaksi tubuh mereka yang saling menjauh dan beralih memandang Shin Hye dengan wajah terkejut.

Shin Hye melihat suster Clara dengan sinis, ia melenggang bak model, berjalan mendekati Geun Suk. “He’s mine”. Ucapnya sebelum duduk di pangkuan Geun Suk dan mencium pria itu.

Pada awalnya Geun Suk merasa terkejut. Tapi ia tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini. Beberapa hari tidak merasakan bibir istrinya, membuat Geun Suk jadi sedikit gila. Ciuman yang awalnya dimulai dan di pimpin oleh Shin Hye, kini diambil oleh oleh Geun Suk. Pria itu mencium Shin Hye begitu menggebu, tanpa mempedulikan seseorang –suster Clara- yang melihat aksi pasangan dihadapannya dengan mulut terbuka.

Who care? She’s my wife, she’s mine.

***

TBC

 

 

 

Choose You: Chapter 5

Shin Hye, hari ini aku berangkat lebih pagi. Jadi kau tidak akan menemukanku dirumah saat kau bangun. Sebenanarnya, aku masih ingin tidur >.<

Shin Hye tersenyum saat membaca memo yang ia temukan tertempel dipintu kulkas. Sebuah memo yang Geun Suk tulis untuk memberitahu Shin Hye bahwa pria itu harus berangkat pagi-pagi sekali. Dari isi dan tulisannya saja, Shin Hye bisa menebak pria itu sedikit kesal karena jam tidurnya terganggu.

Wanita itu mengangkat kedua bahunya lalu kembali menempelkan memo itu dipintu kulkas. Shin Hye lalu membuka kulkasnya dan mengambil sebotol jus jeruk. Baru saja ia akan menuangkan jusnya kedalam gelas, ponsel yang ia letakkan dimeja makan berbunyi, ada nama Geun Suk dilayarnya.

“Hallo”.

Mmm… Shin Hye”.

Shin Hye mengernyitkan dahi, suara Geun Suk terdengar gugup. Ini terasa aneh, apalagi saat telinganya menangkap suara-suara bisikan disana. Seperti ‘Aku pikir ini bukan ide yang bagus’ dan ‘Ayolah, kau harus memberitahunya’ lalu ‘Dia pasti akan benar-benar panik’.

Shin Hye tahu itu suara Geun Suk, tapi suara bisikian lainnya ia tidak tahu siapa. “Hei, ada apa?”.

Sayang, aku akan memberitahu sesuatu. Tapi sebelumnya, bisakah kau berpikiran positif? Jangan panik, oke?”.

Shin Hye semakin merasa heran, kenapa Geun Suk menjadi sangat bertele-tele pagi ini. “Tergantung. Sekarang katakan ada apa?”.

Aku kecelakaan”.

“Apa??”.

***

Dokter Kang tersedak kopi yang baru saja ia minum saat melihat Shin Hye keluar dari taksi dihalaman rumah sakit, keadaan wanita itulah yang membuatnya tersedak. Wajah yang basah dengan air mata, rambut kusut, serta masih memakai baju tidur. Dokter tampan itu meletakkan cup kopinya diatas meja resepsionis, lalu berlari untuk menemui Geun Suk. Ia harus memberitahukan informasi penting ini pada temannya itu.

“Geun Suk!”.

Seruan dokter Kang membuat Geun Suk sedikit terlonjak dikursinya. Dengusan kesal ia keluarkan atas tingkah temannya yang main serobot masuk saja. Dia-kan punya tangan, kenapa tidak dipakai untuk mengetuk pintu terlebih dahlu sebelum masuk sih. Ck!

“Shin Hye datang sambil menangis, dan terlihat jelek”.

“Apa?”. Geun Suk terbangun dari duduknya. Ia memandang dokter Kang dengan pandangan tidak suka. Pertama, ia menyebut Shin Hye jelek. Untuk itu, Geun Suk mulai membuat kesimpulan tentang kedua mata dokter Kang katarak. Kedua, inilah bagian yang paling ia tidak sukai. Shin Hye menangis pasti karena khawatir padanya. Akh! Salahkan dokter Kang yang so’ tampan ini, ia terus-terusan memaksanya memberitahu Shin Hye bahwa dirinya mengalami kecelakaan kecil saat dalam perjalanan kerumah sakit. Akibatnya, kening Geun Suk harus ditempeli perban kecil untuk menutupi lukanya.

“Turunkan rambutmu, Geun Suk”.

“Kenapa?”.

“Supaya lukamu tidak terlihat, cepat”.

Geun Suk berpikir sejenak. Memang sih, saat ini ia menyisir rambutnya ke belakang dan ide dokter Kang sepertinya tidak buruk. Ia memilih untuk merubah tatanan rambutnya dikamar mandi, ada cermin disana. Tapi sebelumnya… “Kau keluar, beritahu Shin Hye bahwa aku ada disini”.

Dokter Kang mendengus malas, meski begitu ia tetap menuruti omongan Geun Suk untuk pergi menemui Shin Hye.

***

“Geun Suk! hiks…”.

Shin Hye langsung memeluk tubuh Geun Suk saat pria itu baru saja keluar dari kamar mandi. Ia masih menangis, meski sudah diberitahu oleh dokter Kang bahwa Geun Suk baik-baik saja, tapi Shin hye tidak akang tenang sebelum melihat keadaan Geun Suk dengan kedua matanya sendiri.

“Hei, tenang. Aku baik-baik saja”. Geun Suk membawa Shin Hye untuk duduk dikursinya. Lebih tepatnya, duduk dipangkuan pria itu 😀

“Kau terluka?”. Tanya Shin Hye sambil kedua tangannya merabai tubuh Geun Suk.

“Aku baik-baik saja. Tidak ada luka sedikitpun”. Jawab Geun Suk. Tangan pria itu menghentikan pergerakan tangan Shin Hye ditubuhnya. Ia takut istrinya itu menyadari luka dikeningnya yang sudah ia tutupi. Geun Suk tidak mau membuat Shin Hye semakin khawatir.

“Kau yakin?’.

Geun Suk mengangguk, detik selanjutnya pria itu sudah mencium Shin Hye dengan lembut. Berusaha membuat istrinya tenang melalui ciuman lembutnya serta usapan-usapan halus yang dilakukan tangannya dipunggung wanita itu.

“Ceritakan padaku kenapa kau bisa kecelakaan”. Ujar Shin Hye setelah mereka menyudahi ciuman manis tadi.

“Aku sedang menyetir dan aku masih mengantuk. Lalu aku menabrak pembatas jalan. The end”.

Shin Hye benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana mungkin Geun Suk bisa menjelaskannya dengan begitu santai sementara ia sendiri khawatir setengah mati. Ya, setelah mendapat kabar bahwa pria itu kecelakaan. Shin Hye yang saat itu masih dalam keadaan baru bangun tidur segera melesat keluar rumah dan menghentikan sebuah taksi. Ia tidak memperhatikan penampilannya lagi, dompet pun ia lupa bawa.

Wanita itu bahkan sempat menjadikan ponselnya sebagai jaminan pada supir taksi yang ia naiki. Beruntung ia bertemu dengan dokter Kang yang memberitahukan keberadaan dan keadaan Geun Suk. Sekalian ia meminjam uang pada dokter itu untuk membayar taksi sekaligus menebus ponselnya yang ia jadikan jaminan.

Kembali pada Geun Suk. Shin Hye memandang Geun Suk dengan kesal. Kalau memang masih mengantuk, kenapa tidak hubungi rumah sakit saja dan katakan kalau ia akan datang telat. Memangnya rumah sakit ini tidak punya keringanan untuk dokter-dokternya ya? Dokter juga manusia tahu. Ck!

“Kenapa kau berangkat pagi sekali?”.

“Kepala rumah sakit mengadakan pertemuan secara tiba-tiba dan mengundang semua dokter untuk datang”.

“Aku yakin kau tidak datang”.

“Ya, karena kecelakaan kecil ini”.

Shin Hye mencubit perut Geun Suk dengan cukup kuat, membuat pria itu mengaduh kesakitan.

“Meskipun itu hanya kecelakaan kecil, tapi tetap saja itu namanya kecelakaan. Sesuatu yang buruk”. Shin Hye kembali memeluk Geun Suk dengan erat. Diam-diam ia menghela napas lega melihat keadaan Geun Suk baik-baik saja. Ia sempat berpikir buruk saat belum melihat keadaan Geun Suk secara langsung. Ia takut pria yang sedang ia peluk ini mengalami amnesia, lalu lupa kalau ia sudah menikah, seperti beberapa novel yang sudah ia baca. Mengerikan, Shin Hye tidak sanggup membayangkannya.

“Sudah ya, toh aku baik-baik saja”. Ujar Geun Suk menenangkan istrinya saat suara isakan Shin Hye kembali terdengar oleh telinganya. Ohya, yang dikatakan dokter Kang tentang Shin Hye yang terlihat jelek ternyata ada benarnya juga. Maksud Geun Suk, Shin Hye terlihat kurang baik dengan penampilannya saat ini. Rambutnya kusut, dan Geun Suk yakin kalau istrinya ini belum mandi. Tapi mau bagaimana pun juga, Shin Hye tetap memiliki pesona tersendiri dimata Geun Suk. Ini ungkapan jujur dari hati Geun Suk yang terdalam.

Pria itu tersenyum manis pada Shin Hye saat wanita itu melepaskan pelukannya. Ia merapihkan rambut berantakan Shin Hye.

“Aku lebih suka saat kau menyisir rambutmu kebelakang, tidak seperti ini”.

Geun Suk sedikit menengang saat Shin Hye menyingkirkan rambut yang menutupi keningnya. Kalau seperti ini jadinya, untuk apa ia menutupi lukanya tadi? Ck. Ia yakin sebentar lagi Shin Hye akan meledak.

“Ini apa?!”.

***

TBC

 

 

 

The Wedding 8

*Wedding Day

Park Shin Hye kembali menatap bayangan dirinya dicermin. Ia mengenakan gaun sutra klasik yang dirancang dengan motif kelopak mawar. Shin Hye juga memakai tiara dan kerudung mini sehingga membuat dirinya semakin cantik.

Tidak ada masalah dengan penampilannya memang, ia cantik. Tapi yang menjadi masalahnya disini adalah, Shin Hye kembali mempertanyakan kemantapan hatinya. Apakah ini benar? Apakah ia tidak akan menyesal nantinya? Tidak, Shin Hye tidak tahu. Jadi jangan tanyakan itu pada Shin Hye. Tapi, bagaiman kalau aku kabur saja? Shin Hye menggeleng. Pikiran konyol, Shin Hye yakin Ayahnya akan membakar dirinya hidup-hidup.

Well, hari ini adalah hari pernikahan Jang Geun Suk dan Park Shin Hye. Pernikahan sederhana yang hanya dihadiri oleh keluaraga dan teman-teman terdekat mereka. Mereka pun sepakat untuk tidak mengadakan resepsi, hanya makan malam bersama sebagai perayaan. Ya, tidak perlu pesta mewah hanya untuk pernikahan tanpa cinta.

Cklek!

Pintu ruang rias Shin Hye terbuka, membuat sang pengantin wanita terpaksa menghentikan lamunannya dan menoleh untuk melihat siapa yang datang. Sedetik kemudian, Shin Hye bangkit seraya tersenyum. “Kang Sora”. Sapanya.

Seorang wanita yang dipanggil Kang Sora itu melemparkan senyum manis pada Shin Hye dan langsung berhambur kedalam pelukan temannya. Memeluk Shin Hye erat.

“Yakk! Lepaskan. Aku tidak bisa bernapas”.

Sora terkekeh dan melepaskan pelukannya dan menatap Shin Hye dari atas hingga bawah. Setelahnya ia mendesah pelan. “Aku iri, sangat iri”.

“Kenapa kau harus iri?”.

Sora mendengus dan memukul pelan bahu Shin Hye yang terekspos. “Terakhir kita bertemu sekitar dua tahun yang lalu. Dan ketika bertemu lagi kau sudah akan menikah. Kau bisa bayangkan betapa terkejutnya aku saat menerima undangan pernikahanmu. Dan tentang iri, ayolah kau pasti tahu kenapa aku iri”.

Shin Hye mengulum senyum. “Kau juga pasti akan segera menyusulku”.

Sora hanya mengangguk. Kemudain ia memberikan sebuah goodie bag pada Shin Hye. “Apa ini?”.

“Hadiah pernikahan”.

“Yakk! Kau tidak perlu repot-repot membawakanku hadiah”.

Sora berdecak, ia menyilangkan kedua tangannya didada. “Ini pernikahan temanku, jadi aku tidak masalah jika merasa direpotkan”.

“Terima kasih Sora-ya. Tapi, kenapa ini terasa ringan sekali?”. Tanya Shin Hye ketika ia meraih kotak kado berukuran sedang didalam goodie bag itu.

Sora tersenyum misterius. “Kau penasaran? Kenapa tidak dibuka saja”.

Shin Hye sempat diam sejenak sebelum akhirnya ia membuka kotak kado itu. Matanya terbelalak saat ia mengetahui apa isi dari kotak kado itu. Shin Hye meraih benda berwarna merah itu dan menatapnya dengan tatapan horor. “L-lingerie?”.

Sora menjentikkan jarinya. “Benar sekali”.

Shin Hye beralih menatap temannya tidak percaya. “Kau gila?”. Ucapan Shin Hye

membuat Sora mengernyitkan dahi. ”Gila? Bagian mana yang menurutmu gila?”.

“Tentu saja ini dan kau”. Shin Hye kembali menunjukkan lingerie itu dihadapan Sora.

“Kenapa kau memberikanku benda seperti ini eoh?”.

Sora menghela napas kasar. “Ya Tuhan. Shin Hye, berapa usiamu sekarang?”.

“26 tahun”.

“Oke, jadi tidak ada salahnya kan jika aku memberikan benda ini padamu. Kecuali jika kau masih berusia 15 tahun, kau baru bisa menyebutku gila”.

Shin Hye ternganga mendengar penjelasan temannya. “Sora, penikahan ini-“.

“Shin Hye, gunakan ini dimalam pertamamu. Dan berikan ‘service’ terbaik untuk suamimu. Kau tahu, merah adalah warna yang sangat menggoda”. Ucap sora dengan suara pelan.

“S-service?”.

Sora berdecak, ia menatap temannya tidak percaya. Bagaimana mungkin seorang wanita yang berusia 26 tahun tidak mengerti arti kata service dalam ikatan suami istri. “Aigoo~ aku seperti berbicara dengan anak kecil. Sudahlah, aku keluar. Jangan gugup saat dialtar. Dan jangan lupa pakai lingerie itu saat malam pertama nanti. Ingat itu”. Ucapnya dengan jari telunjuk yang mengarah tepat kewajah Shin Hye. Setelahnya ia pergi dari sana.

“Sora.. Kang Sora”. Shin Hye berusaha memanggil temannya itu, namun percuma, Sora seperti sengaja tidak menyahut dan memilih melanjutkan langkahnya meninggalkan Shin Hye.

Shin Hye mendengus melihat tingkah temannya. Ia kemudian mengalihkan tatapannya pada lingerie yang masih ia pegang. Sedetik kemudian ia tersentak saat mengingat sesuatu. Skin Ship. God, kenapa Shin Hye baru terpikirkan sekarang. Tapi, bukankah sebelumnya ia dan Geun Suk pernah berciuman sekali. Meskipun Shin Hye sendiri tidak yakin itu bisa disebut ciuman atau bukan. Tapi bukankah Skin Ship diantara suami istri itu lebih dari sekedar ciuman. Melainkan… Tuhan, kenapa dengan memikirkannya saja sudah membuat pipi Shin Hye memanas. Gila, ini gila. Aku dan Geun Suk tidak mungkin melakukannya kan? Mengingat hal itu dilakukan oleh pasangan yang saling mencintai. Batinnya.

Tidak mau terpikirkan dengan hal seperti itu, Shin Hye memilih untuk kembali memasukkan lingerie itu kedalam kotak kado dan meletakkannya diatas meja rias. Jangan sampai ia memakai pakaian seperti itu dihadapan Geun Suk atau ia akan mati dalam posisi berdiri.

***

“Hyung, kau gugup?”.

Geun Suk mendelik menatap Hong Ki. ”Apa kau pernah melihatku gugup?”.

Hong Ki mencibir. ”Hyung, setiap manusia itu wajar jika merasa gugup. Kau ini manusia atau alien?”.

“Jika aku alien kau juga alien”.

“Apa-apaan? Hyung, akui saja kalau kau gugup. Bukan gugup tentang pemberkatan nanti. Tapi gugup karena memikirkan malam pertama-mu dengan Shin Hye. Iya kan?” tanya Hong Ki dengan menaik turunkan alisnya.

“Malam pertama pantatmu”. Cibir Geun Suk.

“Yakk! Kenapa kau membawa-bawa pantat seksi-ku”.

“Seksi? Kau bercanda?”.

”Ck, sudahlah. Lebih baik aku mencari wanita cantik disini. Siapa tahu ada yang berjodoh denganku”. Hong Ki mengedarkan pandangannya kesekeliling taman yang menjadi tempat pemberkatan Jang Geun Suk dan Park Shin Hye. “Hyung, apa kau punya saudara perempuan selain Cherry Noona? Saudara jauh misalnya”.

“Ada”.

“Nugu?”.

”Lady Diana”. Geun Suk pergi menjauh dari Hong Ki setelah mengatakan itu. Ia yakin sahabat biru-nya itu akan berteriak histeris sebentar lagi.

Sementara Hong Ki masih diam mencerna apa yang dikatakan Geun Suk. “Lady Diana? Dia kan sudah mati”. Sedetik kemudian Hong Ki sadar telah dijahili oleh Geun Suk. “Yakk! Dasar gila. Lady Diana itu sudah mati”. Teriaknya sewot.

Geun Suk hanya bisa menahan tawanya saat mendengar teriakan Hong Ki. “Dasar”. Gumamnya. Pria tampan yang sebentar lagi akan berganti status menjadi seorang suami itu menghela napas berusaha menguasai dirinya. Apa yang dikatakan Hong Ki tentang dirinya yang gugup memang benar. Geun Suk menjahili Hong Ki untuk mengurngi kegugupannya. Ini pertama kalinya, wajar jika ia merasa gugup.

Geun Suk mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru taman. Tidak banyak tamu undangan yang datang. Karena memang mereka hanya mengundang teman dekat dan keluarga saja. Pandangannya terpaku pada Dae Joon, putranya yang saat ini sedang berada dalam gendongan ibunya—Nyonya Jang—. Geun Suk tersenyum geli saat melihat putranya itu berusaha melepaskan pakaian yang sedang dikenakannya. Dae Joon pasti merasa kepanasan dengan setelan tuxedo mini khusus untuk dirinya.

Tidak lama kemudian terdengar pengumuman bahwa upacara pernikahan segera dimulai. Seluruh tamu undangan mulai menduduki kursi yang telah disediakan. Sementara itu, Geun Suk terlihat menghela napas sebelum melangkah dengan pasti menuju altar. Ketampanan yang dipancarkan oleh Geun Suk membuat tamu undangan pria yang hadir berdecak iri.

Setelahnya, terdengar suara musik pelan dibarengi dengan masuknya pengantin wanita. Berjalan dengan menggandeng tangan Tuan Park, Shin Hye sukses menimbulkan decakan iri sekaligus kagum dari tamu undangan. Shin Hye beberapa kali mengirup napas dan menghembuskannya kembali. Berusaha untuk tenang sekaligus lebih meyakinkan dirinya bahwa ini memang benar.

Tuan Park menyerahkan tangan Shin Hye yang langsung disambut oleh genggaman tangan Geun Suk. Tuan Park terlihat melemparkan senyum pada Geun Suk sebelum beranjak menuju kursi dibarisan depan dan mendudukkan dirinya disana.

Geun Suk dan Shin Hye kini sudah mengadap pendeta. Mereka mendengarkan ceramah dari pendeta dengan seksama. Susana hening, hanya terdengar suara pendeta yang sedang memberikan ceramah. Geun Suk sesekali melirik kearah Shin Hye. Dan ia mengulum senyum tipis setelah mendapati sahabat yang akan menjadi istrinya itu terlihat sangat cantik dalam balutan gaun pengantin.

Pendeta kini sudah selesai dengan ceramahnya dan sudah akan memasuki bagian inti. Pendeta itu telihat berdehem pelan sebelum melanjutkan upacara pernikahan. ” Pada pernikahan suci ini, yaitu di Seoul, pada hari Jumat, tanggal 1 Juli 2016 akan dipersatukan: Jang Geun Suk dan Park Shin Hye”.

Geun Suk terlihat menghela napas. Ini sudah saatnya.

“Saudara Jang Geun Suk. Bersediakah kau menerima Park Shin Hye sebagai istrimu. Dalam suka maupun duka. Dalam sehat maupun sakit. Dalam kaya maupun miskin. Dan berjanji untuk menjadikannya satu-satunya didalam hidupmu”.

“Saya bersedia”. Geun Suk mengatakan itu dengan tegas dan yakin. Entah itu keyakinan yang dibuat-buat atau keyakinan yang benar-benar berasal dari hati Geun Suk. Hanya pria itu dan Tuhan yang tahu.

“Saudari Park Shin Hye. Bersediakah kau menerima Jang Geun Suk sebagai suamimu. Dalam suka maupun duka. Dalam sehat maupun sakit. Dalam kaya maupun miskin. Dan berjanji untuk menjadikannya satu-satunya didalam hidupmu”.

“Saya…. Bersedia”. Ucap Shin Hye pelan. Shin Hye terlihat memejamkan matanya seraya mendesah pelan. Kini ia sudah resmi menjadi seorang istri. Shin Hye membuka kedua matanya saat terdengar seruan dari pendeta untuk memasangkan cincin dijari manis pasangan. Shin Hye dan Geun Suk bergantian melakukannya.

“Apa yang sudah dipersatukan oleh Tuhan. Tidak dapat dipisahkan lagi kecuali oleh maut. Pengantin pria dipersilahkan untuk mencium pengantin wanita”. Shin Hye mengintip Geun Suk dari balik bulu mata lentiknya. Dan ia menyesali itu, karena apa yang dilihatnya benar-benar membuat pipinya memanas. God, padahal yang dilihatnya hanya Geun Suk yang sedang menatap dirinya dengan senyuman yang tersemat dibibir pria itu. Tapi, kenapa reaksi tubuhnya berlebihan sekali. Terlebih kini jantungnya yang berdetak tidak normal seiring gerakan Geun Suk yang semakin mendekatkan wajahnya.

Chu~!

Shin Hye refleks memejamkan mata saat merasakan bibir Geun Suk yang mendarat halus dipermukaan keningnya. Just forhead kiss. Shin Hye pernah mendapatkannya dari mantan kekasihnya. Tapi kenapa jantung Shin Hye berdebar semakin cepat saat Geun Suk yang melakukannya. Lagi, Shin Hye menyebut dirinya sudah gila.

***

Disebuah studio pemotretan yang ramai oleh lalu lalang orang-orang yang sedang mengerjakan tugasnya. Terlihat seorang wanita yang sedari tadi berdecak kesal. “Gal So Won”. Teriaknya keras. Tidak ada sahutan membuat wanita itu semakin kesal. “Ck, dasar manager lelet. Kemana dia”. Guammnya sewot.

Terlihat seorang wanita yang berlari menghampiri wanita yang sedang kesal itu. ”Wae? Kau memanggilku?”. Tanyanya dengan napas terengah.

“Kau sudah tuli hah?”. “Maaf Clara-ya. Tadi aku sedang memilih pakaian yang akan kau kenakan”.

“Cih, alasan! Kau memang lelet. Kau sudah bosan bekerja denganku hah?”.

“Jangan seperti itu Clara-ya. Aku minta maaf eoh?”.

Clara mendengus dan mendudukkan dirinya di sebuah kursi. “Gal So Won. Kenapa fotografer-ku hari ini bukan Jang Geun Suk?”.

So Won menatap Clara heran. “Hari ini Jang Geun Suk sedang melangsungkan pernikahannya dengan Park Shin Hye. Kau tidak tahu?”.

Clara terkejut, ia menatap managernya tidak percaya. “Jangan asal bicara kau”.

“Aku tidak asal bicara. Kau lihat ini”. So Won memperlihatkan ponselnya yang menampilkan beberapa foto Jang Geun Suk dan Park Shin Hye saat dialtar. Foto itu diambil oleh salah satu tamu undangan dan di upload kedalam SNS. Clara dengan kasar merampas ponsel itu. Ia sedikit meremas pinsel ditangannya saat matanya melihat foto Geun Suk yang tampak tersenyum sedang menatap kearah Shin Hye.

Clara bangkit dari duduknya, dan.. Brak! Ia melemparkan ponsel itu kelantai dengan keras. “Kenapa? Kenapa bukan aku. Kenapa harus wanita itu”. Teriaknya keras.

Apa yang dilakukan Clara membuat semua yang berada didalam studio melemparkan tatapan heran sekaligus terkejut. Sementara itu, So Won menatap ponselnya yang tadi dibanting dengan tatapan miris.

***

Para tamu undangan kini tengah menikmati hidangan yang tersaji disana. Pengantin pun terlihat berbaur untuk menyapa dan berbincang dengan tamu. Geun Suk terlihat sedang berbincang dengan temannya di salah satu meja, ada Hong Ki juga disana. Tidak jauh berbeda dengan Geun Suk, Shin Hye yang baru saja berubah status menjadi seorang istri itu, kini juga tengah berbincang dengan teman-temannya. Lihat! Bukankah mereka berakting dengan sangat baik? Orang-orang dapat melihat mereka seperti sepasang pengantin yang sedang berbahagia karena baru saja menikah. Namun yang terjadi adalah sebaliknya.

Hanya ada satu titik kebahagiaan dihati Shin Hye dan Geun Suk. Titik kebahagiaan itu teramat kecil hingga tidak disadari oleh mereka. Yang mereka sadari kini hanya rasa khawatir atas pernikahan yang terjadi secara spontan ini. Sama halnya dengan titik kebahagiaan yang terlampau kecil hingga tidak disadari oleh mereka. Terdapat pula satu titik lain yang mulai muncul dihati mereka. Peduli dan rasa sayang. Bukan, bukan peduli dan sayang terhadap sesama sahabat. Melainkan peduli dan sayang antara pria dan wanita, suami dan istri. Lagi, titik itu masih terlampau kecil untuk bisa mereka sadari.

”Shin Hye”.

Shin Hye yang sedang berbincang pun menoleh, ia tertegun saat mengetahui siapa yang menyapanya. “Lee Jong Suk”.

Flashback.

“Shin Hye, kembalilah padaku”.

Shin Hye memijat keningnya pelan seraya mendesah lelah. “Apa yang kau bicarakan? Kau gila? Bagimana dengan perasaan calon istrimu?”.

“Aku tidak jadi menikah”.

“Mwo?”.

“Kau salah paham Shin Hye. Aku dipaksa untuk menikahi gadis itu dan kini aku sudah menolaknya. Demi dirimu”.

Shin Hye tertegun saat mendengar ucapan Jong Suk. Hell No!! Jadi sekarang siapa yang harus Shin Hye percaya. Kedua matanya yang telah melihat secara langsung pria yang sedang meneleponnya ini tengah bercumbu dangan gadis lain atau ucapan pria ini? Shin Hye menggeleng, berusaha untuk mengembalikan kesadarannya. “Lee Jong Suk. Dengarkan aku baik-baik. Aku sudah akan menikah jadi tolong menjauh dari hidupku”. Pip. Shin Hye menghempaskan ponselnya keatas meja sementara ia mendudukkan dirinya kasar keatas sofa.

Shin Hye bukan tipe wanita yang mau berurusan dengan wine, namun sepertinya hari ini ia membutuhkan minuman itu. Dengan beberapa tegukkan mungkin akan membuatnya sedikit lebih rileks.

Flashback end.

Lee Jong Suk berjalan menghampiri Shin Hye. ”Bisakah kita berbicara. Berdua”.

Shin Hye diam, ia bingung harus menolak atau meng-iyakan. Sedetik kemudian, Shin Hye sedikit terperanjat saat merasakan sebuah tangan yang memeluk pinggangnya erat. Shin Hye menoleh dan mendapati sahabat-ekhem maksudku suaminya tengah memberikan senyuman pada Jong Suk. Shin Hye menghela napas. Sepertinya akan ada ketegangan disini.

“Aigoo~ Tuan Lee, aku kira kau tidak akan datang”. Sapa Geun Suk.

“Aku diundang, jadi aku datang”.

Shin Hye sontak menoleh menatap Geun Suk heran. Kenapa Geun Suk mengundang Jong Suk?.

”Arra.. Arra”. Geun Suk beralih menatap Shin Hye. “Sayang, tadi Eomma mencarimu”.

Merona, lagi-lagi Shin Hye harus merasakan pipinya memanas. Ia segera pergi dari sana berusaha untuk menyembunyikan rona merah dipipinya.

Setelah Shin Hye pergi, Geun Suk kini menatap Jong Suk datar. “Haruskah kita mencari tempat sepi untuk berbincang?”.

Jong Suk balas menatap Geun Suk tak kalah datar. “Tidak perlu. Lagi pula, aku ada urusan dengan Shin Hye, bukan dengan-mu”. Jong Suk sudah akan pergi dari sana sebelum suara Geun Suk menghentikan langkahnya.

“Tidak tahu diri”. Desis Geun Suk tajam.

Jong Suk menggertakkan giginya. ”Apa kau bilang? Tidak tahu diri?”.

Geun Suk tersenyum sinis. “Jika seorang wanita mencintai pria yang sudah beristri maka wanita itu akan disebut jalang. Dan kau sebaliknya. Jadi, kau mau aku menyebutmu apa?”.

Lee Jong Suk berusaha menahan dirinya. Ia mengepalkan tangannya kuat. Tidak mau terpancing, pria itu memilih untuk pergi dari sana. Sementara itu, Geun Suk masih menatap tajam punggung Jong Suk yang semakin menjauh. Bukankah Geun Suk sudah mengatakan akan menjauhkan serangga Lee itu dari hidup Shin Hye. Jadi jangan heran jika ia bertingkah seperti tadi.

***

TBC

The Wedding 7

*Part sebelumnya

Tuan Park terlihat mengela napas, ia kemudian menatap Geun Suk serius. “Aku bisa saja menerima lamaranmu. Tapi apakah kau bisa memberiku jaminan supaya aku lebih percaya kalau kau akan mencintai putriku selamanya dan tidak akan pernah menyakitinya?”.

Skak mat, Geun Suk diam. Semua mata yang duduk dimeja nomor 10 itu menatap kearah Geun Suk. Tanpa terkecuali Shin Hye yang juga merasakan ketegangan yang luar biasa. Geun Suk masih diam. Ia mengumpat dalam hati, bagaimana bisa ia memberikan jaminan jika ia sendiri tdak tahu apa yang akan ia berikan sebagai jaminannya. Suasana tegang yang semakin terasa semkin membuat Geun Suk tidak tahu harus menjawab apa.

Cinta akan datang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, ingin sekali Geun Suk menjawab seperti itu. Tapi tidak, ia yakin Tuan Park akan menguburnya hidup-hidup. Aku akan memberikan nyawaku sendiri sebagai jaminannya, Geun Suk juga ingin menjawab itu. Tapi kembali lagi, ini bukan pernikahan sepasang kekasih yang didasari atas cinta yang menggelora. Jadi apa yang harus aku jawab? Batinnya.

***

Suasana hening bercampur tegang masih sangat terasa dimeja bernomor 10 itu. Belum ada yang berani membuka suara setelah Tuan Park bertanya pada Geun Suk soal jaminan. Shin Hye yang masih memangku Dae Joon pun hanya bisa diam, dalam hati ia merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa menolong Geun Suk.

Terdengar helaan napas kasar dari Nyonya Park, ia menatap suaminya jengah. “Yeobo, kau ini seperti baru kenal dengan Geun Suk saja. Geun Suk bukan orang baru dikeluarga kita. Ia tidak mungkin menyakiti Shin Hye, aku yakin Geun Suk mencintai Shin Hye tulus”.

“Aku hanya tidak mau putriku menyesal nantinya. Karena aku sendiri masih belum yakin mereka saling mencintai”.

Nyonya Park berdecak, ia beralih menatap Geun Suk. “Geun Suk-ah, jangan terlalu dipikirkan. Orang tua ini hanya terlalu sedih karena putrinya akan menikah”.

Geun Suk tersenyum samar, dalam hati ia berterima kasih pada calon ibu mertuanya ini karena telah membuatnya sedikit rileks. Suasana tegang sedikit berkurang sebelum Tuan Park kembali membuka suara.

“Jadi, kau tidak akan menjawab pertanyaanku, Geun Suk?”.

Ugh! Sial. Geun Suk sangat berharap Tuan Park melupakan pertanyaannya itu. Ck, kalau seperti ini, mau tidak mau Geun Suk harus berbohong lagi. Hitunglah sudah berapa kali Geun Suk berbohong dari awal hingga sekarang. Semoga Tuhan memaklumi kebohonganmu Geun Suk !

Geun Suk berdehem pelan sebelum menatap Tuan Park, ia sudah merangkai sebuah kebohongan didalam otaknya. “Abeoji, aku mencintai Shin Hye. Seringnya kami bertemu membuat aku jatuh cinta pada Shin Hye. Abeoji bisa melakukan apapun padaku jika Abeoji melihat Shin Hye menangis karena-ku”. Shit! Apa yang diucapkannya seratus persen hanyalah omong kosong.

Tuan Park menatap Geun Suk intens, ia mehghela napas pelan mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri. “Baiklah, aku menerima lamaranmu”.

Semua yang berada disana mengehela napas lega. Kepala Geun Suk yang tadi terasa berat kini sudah terasa lebih ringan. Ia menatap Shin Hye, tanpa sadar memberikan senyum manis pada calon istrinya. Sementara Shin Hye yang dipandangi oleh Geun Suk hanya bisa merona, ia hanya membalas senyuman Geun Suk dengan senyum canggung.

Aksi saling tatap itu harus terhenti saat beberapa pelayan membawakan pesanan mereka. Para pelayan itu membungkuk hormat dan pergi dari sana setelah semua makanan yang mereka bawa telah tertata rapi diatas meja makan. Merekapun mulai menyantap makan malam mereka diselingi dengan obrolan ringan.

Shin Hye terpaksa harus makan sambil menyuapi Dae Joon sup ayam yang dipesan khusus untuk anak berumur satu tahun itu. Bocah itu seperti tidak ingin jauh dari Shin Hye meskipun Nyonya Jang sudah berusaha untuk meraihnya agar Shin Hye bisa makan dengan tenang.

***

“Joonie-ah, lihat! Yang diatas itu namanya bintang”.

Dae Joon mengikuti arah pandang Shin Hye. Mereka kini sedang berada ditaman yang disediakan oleh pihak restaurant. Setelah makan malam, Shin Hye meminta izin untuk membawa Dae Joon jalan-jalan. Dan disinilah mereka, melihat bintang yang menghiasi langit malam, bersinar mendampingi bulan yang saat itu juga bersinar dengan indahnya.

Shin Hye menatap Dae Joon yang saat itu tengah mendongak menatap lagit. Telunjuk mungilnya teracung keatas. Shin Hye sdikit membenahi baju hangat yang sedang dikenakan Dae Joon. “Joonie-ah, ikuti ucapan Eomma. Bin-tang”.

Dae Joon menatap Shin Hye. “Tang~ tang Ma, tang~”. Dae Joon tertawa setelahnya, ia senang dengan apa yang baru saja diucapkannya.

Shin Hye terkekeh geli, ia mencium pipi bulat Dae Joon. “Bintang sayang, bukan Tang”.

Dae Joon tertawa, ia kembali mendongak menatap bintang. Sementara itu, Shin Hye tiba-tiba saja teringat dengan apa yang dikatakan oleh Geun Suk tadi pada Ayahnya.

“Abeoji, aku mencintai Shin Hye. Seringnya kami bertemu membuat aku jatuh cinta pada Shin Hye. Abeoji bisa melakukan apapun padaku jika Abeoji melihat Shin Hye menangis karena-ku”.

Mencintai? Shin Hye terkekeh kecil, ia sadar betul apa yang diucapkan oleh Geun Suk hanya sebuah kebohongan. Ada rasa bersalah pada kedua orang tuanya karena telah membohongi mereka. Shin Hye kembali berpikir tentang pernikahannya dengan Geun Suk yang minggu depan akan segera dilangsungkan. Ya, masing-masing keluarga sudah sepakat pernikahan Jang Geun Suk dan Park Shin Hye akan dilangsungkan minggu depan.

Sampai sekarang, Shin Hye masih berusaha memantapkan hatinya. Kisah cintanya benar-benar seperti cerita drama yang pernah ditontonnya. Jika didrama tokoh wanita harus menikah dengan orang yang tidak dikenal, maka Shin Hye berbeda, ia jelas mengenal Geun Suk. Pria yang kini berstatus sebagai calon suaminya, pria yang dengan tampang mendekati sempurna. Kenyataan tentang tidak adanya cinta dipernikahannya nanti, membuat Shin Hye harus tersenyum miris. Pernikahan impiannya adalah pernikahan yang romantis dengan mempelai pria yang tulus mencintainya. But now, ia akan menikah dengan sahabatnya sendiri.

Ini memang keputusannya, dan Shin Hye sedang berusaha keras untuk tidak menyesali ini. Geun Suk juga pernah mengatakan kalau cinta bisa datang belakangan, dalam artian cinta bisa datang seiring berjalannya waktu. Jadi, bolehkah Shin Hye berharap suatu saat nanti cinta tulus akan datang melingkupi rumah tangganya dengan Geun Suk?

“Kalian disini”.

Lamunan Shin Hye terhenti, baik ia maupun Dae Joon menoleh dan menemukan Geun Suk tengah berjalan menghampirinya dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya. Shin Hye sempat tertegun sejenak, lama mengenal Geun Suk dan baru kali ini Shin Hye menyadari fakta calon suaminya itu benar-benar tampan. Shin Hye berdehem pelan untuk menutupi keterpesonaan-nya terhadap Geun Suk.

”Dia tidak rewel kan?” tanya Geun Suk seraya mendudukkan dirinya disamping Shin Hye, sebelah tangannya ia gerakkan untuk mengusap kepala putranya yang masih nyaman berada diatas pangkuan Shin Hye.

“Tidak. Kami sedang melihat bintang”.

Geun Suk tersenyum, ia kemudian mendongak menatap bintang-bintang yang menghiasi langit malam. “Cuaca malam ini sangat bagus”. Gumamnya.

Shin Hye hanya bergumam membalas ucapan Geun Suk.

Geun Suk mengalihkan pandangannya pada Shin Hye, memandang sahabat yang kini sudah resmi menjadi calon istrinya. “Kau sudah resmi menjadi calon istriku”. Ucapnya diselingi dengan tawa kecil.

Shin Hye hanya tersenyum samar. ”Bukankah ini konyol?”.

“Konyol?”.

Shin Hye mengangguk. “Pernikahan ini terjadi karena suatu keadaan dimana kau yang terus didesak untuk menikah. Dan aku yang ingin membuktikan pada mantanku kalau aku bisa melupakan dia–mantan Shin Hye—dengan cepat”. Jelas Shin Hye tanpa memandang Geun Suk.

Geun Suk diam, ia tidak membalas ucapan Shin Hye. Tapi tunggu, ada sisi didalam dirinya yang tidak terima saat Shin Hye mengatakan semua ini konyol. Kenapa? Geun Suk menggelang, sekarang ia merasa dirinya lah yang konyol. “Kau menyesalinya?”. tanya Geun Suk spontan.

Shin Hye terkekeh, ia mengeratkan pelukannya pada Dae Joon yang sedang menyamankan dirinya diatas pangkuan Shin Hye. Sepertinya bocah itu mengantuk. “Kau tahu persis aku tidak pernah menyesali apa yang sudah menjadi keputusanku”.

Suasana kembali hening, karena baik Shin Hye maupun Geun Suk tidak ada yang berniat untuk melanjutkan obrolan. Sejenak Shin Hye teringat dengan kejadian siang tadi saat Geun Suk mengatakan akan menemui Lee Jong Suk–mantannya. Ia menoleh dan menatap Geun Suk. “Apa yang kau bicarakan dengan Lee Jong Suk tadi siang?”.

Geun Suk terkekeh, ia balas menatap Shin Hye. “Aku pikir kau melupakan itu”.

“Jawab saja Geun Suk”.

“Kau penasaran?”.

“Tentu saja, itu menyangkut diriku juga”.

Geun Suk mengangguk, ia melemparkan senyum jahil pada Shin Hye. “Kalau begitu teruslah penasaran”. Ucapnya enteng.

Shin Hye ternganga, apa-apaan laki-laki ini. “Kau bercanda?”.

“Tidak. Teruslah penasaran Park Shin Hye. Ah! Maksudku Nyonya Jang”. Geun Suk tersenyum jahil, ia menatap Shin Hye dengan menaik turunkan kedua alisnya.

Nyonya Jang? Pipi Shin Hye memanas, sialan! Gadis itu berusaha menutupi pipinya yang mulai merona.

“Itu hanya urusan laki-laki. Perempuan tidak perlu tahu”.

Shin Hye mendengus, lebih baik tidak membalas ucapan Geun Suk jika tidak mau perdebatan ini terus berlanjut. Menyebalkan!

“Oh! Dae Joon tertidur”. Seru Geun Suk.

Shin Hye mengikuti arah pandang Geun Suk, ia mengulum senyum saat melihat Dae Joon tertidur pulas diatas pangkuannya. “Sebaiknya kita segera pulang. Eomma dan Appa juga pasti sudah terlalu lama menunggu didalam”.

Geun Suk mengangguk. “Berikan Dae Joon padaku”. Shin Hye memberikan Dae Joon pada Geun Suk dengan hati-hati, berjaga-jaga agar bayi itu tidak terbangun. Dae Joon terlihat menggeliat dengan rengekan kecil keluar dari mulutnya namun tidak lama kemudian ia kembali tertidur didalam gendongan Ayahnya.

Tanpa sadar, Geun Suk meraih jemari Shin Hye, mengisi ruang kosong disela jemari wanita itu dengan jemarinya. Shin Hye terkesiap, ia menatap jemarinya yang saling bertautan dengan jemari Geun Suk. Jantungnya berdegup kencang, perasaan hangat melingkupi hatinya. Ada apa denganku?

***

Seorang wanita cantik dengan pakaian seksi terlihat memasuki butik milik Shin Hye. Ia berjalan anggun, suara higheels yang beradu dengan lantai membuat semua yang sedang berada didalam butik itu menoleh, memperhatikan wanita yang sedang menyibakkan rambut panjangnya.

”Omo~ itu Clara Jung”.

“Daebak.. Dia sempurna”.

“Sempurna pantatku. Semua yang saat ini kalian lihat adalah hasil operasi pelastik. Lihatlah, ukuran dadanya bahkan sangat tidak normal”.

“Ey~ bilang saja kau iri”.

”Cih, untuk apa aku iri. Tapi untuk apa dia kemari?”.

Clara Jung tidak memperdulikan bisikan-bisikan disekitarnya. Ia terlihat menghampiri seorang pegawai wanita. “Biskah aku bertemu dengan Park Shin Hye?”.

“Maaf Nona. Saat ini Nona Park sedang tidak bisa diganggu”.

Clara mendengus. “So’ sibuk sekali”. Tanpa menghiruakan ucapan pegawai tadi, ia bergegas menaiki tangga. Clara yakin ruangan Shin Hye ada dilantai dua. Ia mengabaikan suara pegawai tadi yang memanggil-manggil namanya.

Sesampainya Clara dilantai dua, ia melihat sebuah ruangan berukuran sedang dengan dinding yang terbuat dari kaca. Dari luar ia bisa melihat Shin Hye yang sedang serius mengetik sesuatu dikomputernya. Clara mendengus, tanpa mengetuk pintu, ia menerobos masuk kedalam ruangan itu.

Shin Hye terkesiap saat seseorang tiba-tiba saja masuk kedalam ruangannya. Ia mengernyitkan dahi saat melihat Clara berada dihadapannya dengan menyilangkan kedua tangannya didada. “Clara Jung? Untuk apa kau kemari”.

Clara tidak menjawab. Ia memandangi Shin Hye dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia mendecih setelahnya. “Dilihat dari sisi manapun juga, aku lebih baik darimu”.

Shin Hye semakin mengernyitkan dahi. “Apa maksudmu?”.

Clara menatap Shin Hye dengan tatapan meremehkan. Tanpa dipersilahkan, ia mendudukkan dirinya disofa yang ada diruangan itu. Clara duduk dengan menyilangkan kakinya hingga memperlihatkan paha paha mulus wanita itu. “Bagaimana mungkin seorang Jang Geun Suk memilihmu sebagai calon istri”.

Shin Hye menghela napas, kini ia paham kenapa Clara datang menemuinya. “Tapi itulah kenyataannya Clara-ssi”. Shin Hye bangkit dari duduknya, berjalan menuju sofa dan mendudukkan dirinya dihadapan Clara. “Kau mau minum apa?”.

”Cih, kau pikir aku mau minum minuman disini hah? Tidak sudi”.

Shin Hye tersenyum samar. “Cara bicaramu terlalu kasar untuk ukuran seorang model yang sangat dicintai banyak orang”.

Clara mengepalkan sebelah tangannya, ia bangkit dan memandang Shin Hye tajam. ”Beraninya kau berbicara seperti itu padaku”.

Shin Hye mengikuti Clara, ia juga bangkit dari duduknya. Kini kedua wanita itu saling berhadapan, saling bertatapan dengan tatapan yang tajam. “Wae? Kau kesal karena cintamu bertepuk sebelah tangan?”. Ucap Shin Hye dengan nada meremehkan.

”Kau-“.

“Sadarlah! Jang Geun Suk adalah calon suamiku. Dan kau hanya orang asing yang berharap cintamu diterima oleh Geun Suk”. Ucap Shin Hye semakin berani.

Clara menggeram tertahan. Sialan! Berani sekali wanita ini. Tidak-tidak, jika aku marah, itu artinya aku kalah. Batinnya. Clara menghela napas, berusaha menenangkan dirinya. “Aku datang kesini hanya untuk mengatakan kau dan Geun Suk sama sekali tidak cocok. Hanya akulah yang cocok bersanding dengan Geun Suk.” Clara pergi setelahnya.

Shin Hye ternganga mendengar ucapan Clara, percaya diri sekali. Setelahnya ia tersadar dengan apa yang tadi ia ucapkan. Didepan Clara tadi, ia bersikap seperti seorang gadis yang secara tidak langsung menyuruh gadis lain untuk tidak mendekati pria yang dicintainya lagi. Apa-apaan? Sikapnya tadi benar-benar diluar kendali Shin Hye. Entahlah, ada sisi didalam Shin Hye yang tidak suka melihat Clara yang seolah masih mengharapkan balasan cinta dari Geun Suk. Shin Hye menggeleng, sepertinya ia butuh sedikit hiburan.

Saat akan beranjak keluar, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Shin Hye menghela napas kasar saat melihat ID Caller dilayar ponselnya. Tuhan, apa lagi sekarang. Shin Hye akhirnya mengangkat telepon itu. “Ada apa? Kenapa kau terus menelponku?”.

“Shin Hye, kembalilah padaku”.

***

”Sudah aku putuskan, aku akan kembali padanya”. Ucap seorang wanita disebuah kamar hotel. Wanita itu tidak sendirian, ia bersama seorang laki-laki disana.

“Kau bercanda? Kau sudah lupa dengan apa yang kau lakukan padanya?”.

Wanita itu mendengus. ”Kenapa kau mengungkit hal itu lagi”.

Laki-laki itu terlihat meraih sebatang rokok dan menyalakannya. “Aku hanya mengingatkan”.

Sang wanita hanya berdecak melihat kelakuan Laki-laki itu. “Dengan atau tanpa persetujuanmu. Aku akan tetap kembali padanya”.

Pria itu menghembuskan asap rokok nya keudara. “Kau yakin?”.

“Tentu saja. Aku tidak pernah seyakin ini”.

Pria itu mengangguk. “Kapan kau akan kembali?”.

Sang wanita terlihat berpikir sejenak, setelahnya ia mengangguk yakin setelah memutuskan. “Mungkin dua minggu lagi”.

Pria itu mengangguk, ia mengetukkan rokoknya kedalam asbak sebelum menghisapnya kembali. Suasana hening melingkupi mereka. Sang wanita terlihat melangkah menuju balkon, menengadahkan kepalanya. Menatap langit malam yang dihiasi oleh bintang.

“Aku akan kembali, dan menebus semuanya”.

***

TBC

The Wedding 6

*Tuan Jang: Jang Tae Seo

*Nyonya Jang: Kim Ha Soon

*Tuan Park: Park Seung Hwan

*Nyonya Park: Shin Yoon Min

Note: Nama-nama diatas merupakan karangan author, bukan nama-nama asli orang tua Jang Geun Suk maupun Park Shin Hye.

***

“Jang Geun Suk-ssi?”. Geun Suk menoleh, ia menatap seorang pria yang menghampirinya dengan tatapan heran. “Ya?”.

Pria itu tersenyum, ia mengeluarkan sebuah kartu dan menunjukkkannya pada Geun Suk. “Lee Gyu Jin, Reporter majalah ICON”. Ucapnya memperkenalkan diri.

Geun Suk terkesiap, ia mengalihkan pandangannya pada Shin Hye. Wanita itu sedang menatapnya dengan pandangan khawatir. Geun Suk kemudian kembali menatap Reporter itu. “Lalu?”. tanyanya berusaha tenang.

“Bisakah kita mengobrol sebentar?”. Reporter Lee meraih sebuah kursi kosong dari meja lain dan meletakkannya disamping Geun Suk. Reporter itu kini sudah menduduki kursi itu. Ia segera mengeluarkan sebuah Note kecil, dan membuka aplikasi rekaman suara diponselnya. “Baiklah, mari kita mulai”.

“Aku belum menyetujui ajakanmu, Reporter Lee”. Ucap Geun Suk.

Reporter Lee terkekeh. “Ayolah, bantu aku kali ini saja eoh? Kau sedang menjadi topik panas”.

“Topik panas? Kau bercanda? Aku hanya seorang fotografer. Kalau kau mau topik panas, kau bisa mewawancarai aktor Song Jong Ki atau Idol Grup BTS”. Ucap Geun Suk jengah.

“Song Jong Ki dan BTS sudah diwawancarai oleh Reporter lain. Sekarang, kalau aku mendapatkan wawancara darimu, berita yang keluar akan menjadi Eksklusif. Dan itu jackpot untukku”. Ia tertawa keras setelahnya.

Geun Suk mendengus kasar. “Tapi itu tidak akan menjadi jackpot untuk ku”. Geun Suk bangkit dari duduknya, kemudian meraih pergelangan tangan Shin Hye yang sedari tadi hanya diam menyaksikan perdebatan Geun Suk dan Reporter Lee. “Ayo, kita makan siang ditempat lain saja”. Geun Suk dan Shin Hye beranjak dari sana. Namun, pertanyaan yang dilontarkan oleh Reporter Lee terpaksa membuat langkah mereka terhenti.

“Apa dia Park Shin Hye? Calon istrimu?”.

Geun Suk dan Shin Hye seketika menjadi tegang. Bagaimana dia bisa tahu? Batin Geun Suk. Ia menatap Shin Hye yang juga sedang menatapnya.

“Bagaiman ini?”. Bisik Shin Hye pada Geun Suk.

“Tenanglah”. Geu Suk kemudian berbalik, menatap Reporter Lee yang sedang tersenyum menanti jawaban Geun Suk. Geun Suk semakin merasa kesal saat melihat senyum itu. Dimatanya, senyum Reporter Lee justru terlihat seperti meremehkannya. Sial! Lagipula, darimana dia tahu tentang Shin Hye. Ia kembali menatap Shin Hye. “Kau mungkin akan merasa tidak nyaman setelah ini, jadi maafkan aku”.

Shin Hye mengernyitkan dahi. “Maksudmu?”.

Tidak ada jawaban dari Geun Suk, pria itu kembali menatap Reporter Lee. Ia menghela napas sebelum memberikan jawaban pada Reporter dihadapannya. “Benar. Wanita ini adalah Park Shin Hye, calon istriku”. Ucapnya dengan suara lantang.

Suasana restauran sempat hening sebelum gaduh oleh teriakan para wanita yang merasa iri pada Shin Hye. Sementara Reporter Lee melemparkan senyum kemenangan. Ia kemudian melangkah mendekati Geun Suk dan menepuk pelan bahu Geun Suk. “Terima kasih untuk berita eksklusif ini”. Setelahnya ia berlalu dari sana dengan tawa keras.

Geun Suk merutuki tawa keras Reporter Lee, membuatnya semakin kesal. “Sialan!!!”.

Shin Hye yang masih syok dengan pengakuan Geun Suk hanya bisa diam, ia menatap kedepan dengan pandangan kosong. Bukankah ini yang kau inginkan Shin Hye? Tidak, Shin Hye memang sempat merasa kesal karena Geun Suk tidak memberitahu siapa calon istrinya yang notabene adalah dirinya sendiri. Hingga publik mengira Clara Jung yang akan dinikahi oleh Geun Suk, dan itu sempat membuat Shin Hye uring-uringan. Namun, kini saat Geun Suk memberitahu Reporter tentang Shin Hye lah calon istrinya, entah mengapa ada setitik perasaan bahagia dihati Shin Hye. Ia senang, tentu saja. But, Shin Hye tidak tahu alasan kenapa ia harus merasa senang hanya karena pengakuan Geun Suk tadi.

“Shin Hye?”.

Shin Hye tersentak, ia kemudian menatap Geun Suk. “Y-ya?”.

“Kau tidak apa-apa?”.

“Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit terkejut”.

Geun Suk mengangguk, namun iya masih tidak yakin Shin Hye tidak apa-apa. Ia kemudian menautkan jari-jemarinya pada jari-jemari Shin Hye membawa wanita itu pergi dari sana. Shin Hye sempat terkejut dengan perlakuan Geun Suk yang manautkan jari-jemari mereka. Namun akhirnya ia menurut saja saat Geun Suk membawanya pergi.

Langkah mereka diringi oleh beberapa pasang mata pengunjung yang masih menatap Geun Suk dan Shin Hye, sampai pasangan itu hilang dari pandangan mereka.

***

“Kau mau pulang atau kembali lagi ke butik?”. Pertanyaan Geun Suk memecah keheningan yang sedari tadi sudah melingkupi mereka. Geun Suk yang tengah fokus menyetir, sesekali melirik Shin Hye yang masih diam sejak memasuki mobil. Entah apa yang dipikirkan oleh wanita itu.

“Aku kembali ke butik saja. Masih ada pekerjaan disana”. Jawab Shin Hye.

“Kau yakin? Makasudku, setelah apa yang terjadi di restauran tadi. Mungkin lebih baik kau pulang”.

“Aku tidak apa-apa. Kau seperti baru mengenalku saja”. Shin Hye menjawab dengan kekehan kecil yang keluar dari mulutnya.

Ya, Geun Suk tahu Shin Hye. Wanita disampingnya ini bukan tipe wanita yang mau memperdulikan orang-orang yang tidak menyukainya—Shin Hye—dan tidak peduli dengan perkataan-perkataan negatif orang-orang yang ditujukan padanya juga. Shin Hye memang cuek, namun sesungguhnya ia adalah wanita yang lembut penuh kasih sayang. Dan Geun Suk bisa melihat itu saat Shin Hye bersama Dae Joon. Namun, diamnya Shin Hye beberapa saat lalu, semakin membuat Geun Suk yakin kalau wanita ini sedang tidak baik-baik saja. Dia masih syok, mungkin.

“Mungkin setelah ini kau akan menjadi incaran para wartawan juga”. Ucap Geun Suk.

Shin Hye tersenyum samar. “Itu pasti, dan itu tidak akan nyaman. Karena aku tidak terbiasa dengan semua itu. Tapi, itu konsekuensi memiliki.. Mmm.. calon suami seorang fotografer yang memiliki popularitas setara dengan aktor korea”. Ucap Shin Hye, ia sedikit mengecilkan suaranya saat mengatakan ‘calon suami’. Entahlah, ia hanya merasa malu.

Geun Suk terkekeh pelan, ia bisa menangkap dengan jelas rasa malu Shin Hye saat wanita itu mengatakan calon suami. Sedetik kemudian, senyum jail terlukis dibibirnya. “Shin Hye, aku suka saat kau mengatakan Calon. Suami. Jadi kenapa kau mengecilkan suaramu saat mengatakan itu?”. Tanyanya dengan menekan kata calon suami.

Shin Hye gugup, ia semakin malu. “A-apa? Aku tidak mengecilkan suaraku”. Kilahnya.

“Kau mengecilkan suaramu tadi. Iya kan?” tanya Geun Suk dengan pandangan yang masih fokus ke jalanan.

Shin Hye tidak menjawab, ia lebih memilih untuk mengalihkan tatapannya keluar jendela. Berusaha menyembunyikan rona merah dipipinya yang tiba-tiba saja muncul.

Geun Suk sesekali melirik Shin Hye, dan terkekeh saat melihat wanita itu sedang memegangi pipinya yang sudah dipastikan sedang merona.

Dering ponsel Shin Hye tiba-tiba saja terdengar. Wanita itu segera merogoh tas tangannya dan meraih ponsel berukuran slim miliknya. Ia membaca ID Caller diponselnya, Lee Jong Suk. Setelahnya, Shin Hye langsung memasukkan kembali ponsel itu kedalam tas sampai suara dering nya terhenti. Tak lama kemudian, dering ponsel Shin Hye kembali terdengar. Shin Hye menghela napas kasar, dan tetap membiarkan ponsel itu.

“Kenapa tidak diangkat?”. Tanya Geun Suk.

“Tidak apa-apa. Itu tidak penting”.

Dering ponsel Shin Hye kembali terdengar, terhitung ini sudah ketiga kalinya. Wanita itu mendengus kasar, sebelum merogoh kembali tasnya dan mengambil ponsel itu. Ia sudah akan mengangkatnya sebelum sebuah tangan merebut ponsel itu dari tangannya.

“Lee Jong Suk?” gumam Geun Suk setelah ia membaca ID Caller yang tertera diponsel itu. “Dia mantanmu kan? Untuk apa dia meneleponmu?”.

Shin Hye menghela napas. “Aku tidak tahu. Dia terus meneleponku sejak kemarin”.

Geun Suk hanya mengangguk-ngangguk. Ia menghentikan laju mobilnya dipinggir jalan saat merasakan ponsel itu bergetar menandakan sebuah pesan masuk. Ia kemudian membuka pesan itu, senyum miring terlihat setelahnya. Ia kemudian mengetik sesuatu dan menekan tulisan Send pada layar ponsel itu. Ia memberikan ponsel itu pada Shin Hye kemudian kembali menjalankan mobilnya.

Shin Hye hanya menatap Geun Suk heran. “Apa yang kau lakukan?”.

“Tidak ada. Hanya sedikit permainan, mungkin”. Jawab Geun Suk enteng. S

hin Hye hanya geleng-geleng kepala. Ia kemudian membuka pesan yang tadi dibuka oleh Geun Suk. Sedetik kemudian ia terbelalak. Ia kembali menatap Geun Suk dengan tatapan tidak percaya. “Kau gila? Kau mau apakan dia?”.

Lee Jong Suk: Shin Hye, bisakah kita bertemu. Aku mohon. Kenapa kau tidak menjawab teleponku?.

Shin Hye: Baiklah, kita bertemu di Zikzin Cafe. Sekarang. 

Geun Suk tersenyum. “Tenanglah, aku hanya akan memberinya pelajaran. Dan cukup aku yang menemuinya”.

”Tidak. Aku akan ikut”.

“Menurutlah. Kau mau kan si bibir tebal itu menjauh darimu?”.

“Tentu saja. Tapi-“.

”Keputusan sudah final. Aku yang akan menemuinya”.

Shin Hye hanya bisa diam, ia tidak akan bisa membantah lagi jika Geun Suk sudah memutuskan sesuatu secara final.

***

Geun Suk memarkirkan mobilnya ditempat parkir didepan butik Shin Hye. “Nanti malam mau aku jemput?”. Tanyanya pada Shin Hye yang sedang melepaskan sabuk pengaman.

Shin Hye menggeleng. “Aku akan berangkat bersama Eomma dan Appa. Di Myeongdong Kyoja Main Restaurant kan?”.

Geun Suk mengangguk.

“Kau akan mengajak Dae Joon?”. Tanya Shin Hye.

“Kau ingin aku mengajaknya?”.

“Mmm.. Ya jika kau tidak keberatan”.

Geun Suk terkekeh. “Kau tenang saja. Dae Joon akan aku ajak”.

Shin Hye tersenyum, ia sangat merindukan bayi lucu itu. Sedetik kemudian ia kembali menatap Geun Suk serius. “Kau jadi bertemu dengan Lee Jong Suk?”.

“Tentu saja”.

“Jangan membuat masalah”.

”Tenang saja. Aku hanya sedikit menakut-nakutinya”.

Shin Hye hanya mendesah pelan. “Ya sudah, aku duluan”. Shin Hye turun selah mendapat anggukkan dari Geun Suk.

Geun Suk segera menjalankan mobilnya kembali setelah memastikan Shin Hye telah masuk kedalam butiknya. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sebenarnya Geun Suk juga tidak tahu apa yang akan ia lakukan pada Lee Jong Suk nanti. Ia hanya bersikap secara spontan. Ada satu sisi didalam dirinya yang tidak mau Shin Hye berhubungan lagi dengan Lee Jong Suk, sisi itu menyuruhnya untuk menjauhkan serangga bibir tebal itu dari Shin Hye. Dan Geun Suk merasa tidak salah jika mengikuti sisi itu. Toh, ia juga calon suami Shin Hye, jadi tidak ada salahnya kan jika ia bersikap seperti ini?

Sekitar 20 menit, Geun Suk sampai di Zikzin Cafe. Setelah memarkirkan mobilnya, pria tampan itu segera melangkah memasuki cafe. Beruntung suasana cafe tidak terlalau ramai, jadi ia bisa dengan mudah menemukan Lee Jong Suk. Sebenarnya, dengan suasana cafe yang ramai pun Geun Suk masih tetap bisa menemukan Lee Jong Suk, karena Geun Suk tahu bagaimana rupa mantan kekasih calon istrinya itu. Karena dulu Shin Hye pernah mengajak Lee Jong Suk saat berkumpul bersamanya juga Hong Ki.

Geun Suk segera mempercepat langkahnya saat sudah menemukan Lee Jong Suk. Ia segera mendudukkan diri dihadapan Lee Jong Suk. “Lama tidak bertemu, Lee Jong Suk-ssi”. Sapa Geun Suk.

Lee Jong Suk terkejut saat melihat kedatangan Geun Suk.”Kau, kenapa kau yang datang? Shin Hye yang berjanji untuk menemuiku. Bukan kau”.

Geun Suk tersenyum kecil, ia memanggil seorang pelayan dan memesan sebuah minuman dingin. “Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan”. Ucapnya setelah pelayan pergi.

“Maksudmu?”.

“Jauhi Calon. Istriku”.

Lee Jong Suk terkesiap, ia menatap tidak percaya pada Geun Suk. “Jadi kau calon suami Shin Hye?”.

“Kau sudah tahu ya? Dan kau masih menghubungi Shin Hye? Tidak tahu diri”. Desis Geun Suk tajam.

“Kau-“. Ucapan Jong Suk terpotong oleh kedatangan pelayan yang membawakan pesanan Geun Suk. Setelah pelayan itu pergi, Geun Suk meraih gelas berisikan es coffee mocca itu dan meminumnya. “Bukakah kau akan menikah? Kau tidak takut calon istrimu tahu kalau kau masih menghubungi mantanmu”. Tanya Geun Suk setelah ia meletakkan kembali gelasnya keatas meja.

“Itu bukan urusanmu”. Degus Jong Suk.

Perkataan Lee Jong Suk itu sukses membuat Geun Suk tertawa keras. “Kau bercanda? Kau bilang itu bukan urusanku? Ayolah, kau menghubungi Shin Hye, calon istriku. Jika calon istrimu tahu, yang akan terkena imbasnya adalah Shin Hye, dan aku tidak mau itu terjadi”.

Lee Jong Suk diam, dalam hati ia juga membenarkan apa yang diucapkan oleh Geun Suk.

Geun Suk kembali meminum minumannya. “Aku harap ini menjadi pertemuan terakhir kita. Jangan pernah lagi menghubungi Shin Hye untuk mengajaknya bertemu. Karena jika itu terjadi, maka aku lah yang akan datang. Kau mengerti?”. Tanpa menunggu jawaban Lee Jong Suk, Geun Suk segera berlalu meninggalkan pria itu yang masih diam. Ada perasaan lega dihati Geun Suk. Selain itu, ia juga merasa tindakannya ini sangat-sangat benar. Alasannya? Geun Suk pun tidak tahu apa alasannya.

***

“Sepertinya kita datang terlalu cepat”. Keluarga bermarga Park itu sudah menduduki meja nomor 10 direstauran yang sudah disepakati oleh keluarga Jang. Namun sepertinya mereka datang lebih awal, karena saat sampai, mereka belum melihat keberadaan keluarga Jang.

“Shin Hye, coba kau hubungi Geun Suk”. Titah Tuan Park.

Shin Hye mengangguk, ia kemudian mengambil ponsel miliknya didalam tas tangan berwarna pink yang ia bawa. Kemudian segera menghubungi Geun Suk.

“Ya Shin Hye”.

“Kau sedang dimana? Aku, Eomma dan Appa sudah sampai”.

“Aku sedang dijalan. Sudah dekat, mungkin sekitar lima menit kami sampai”.

“Baiklah”. Pip. Shin Hye memutus sambungan telepon kemudian beralih menatap Ayahnya. “Sekitar lima menit lagi mereka akan sampai”.

Tuan Park hanya mengangguk mengerti.

“Sepertinya memang kita yang datang terlalu awal. Ah! Shin Hye, apa Dae Joon juga akan diajak?”. Tanya Nonya Park. Ia sudah diberitahu perihal Dae Joon oleh Shin Hye. Awalnya terkejut, namun ia juga penasaran bagaimana rupa anak calon menantunya.

Shin Hye mengangguk. “Geun Suk bilang dia akan mengajaknya”.

“Shin Hye, kau yakin dengan keputusanmu? Karena Appa sendiri tidak yakin kau dan Geun Suk benar-benar saling mencintai”.

Shin Hye menelan saliva nya, ia gugup. Dalam hati ia merutuki feeling Ayahnya yang sangat tajam. Berusaha tenang, Shin Hye menatap Ayahnya tepat dimanik mata Tuan Park. “Aku yakin Appa. Kami sudah saling mencintai sejak lama. Namun kami baru menyadarinya beberapa bulan yang lalu”. Sial! Mau tidak mau Shin Hye harus berbohong lagi.

Tuan Park menghela napas. “Jika memang kau sudah yakin, Appa bisa apa lagi”.

Shin Hye tersenyum lega. Tapi jika berbicara masalah keyakinan tentang pernikahannya dengan Geun Suk, dari awal pun Shin Hye sangat tidak yakin. Namun sekarang, Shin Hye mulai menemukan setitik keyakinan dihatinya. Bukankah Shin Hye sudah memutuskan untuk memegang janji Geun Suk yang mengatakan akan menjadikan dirinya—Shin Hye—satu-satunya? Jadi, biarlah ia memegang janji itu lebih erat lagi.

“Annyeonghaseyo”.

Lamunan Shin Hye buyar ketika mendengar suara yang sangat ia kenal. Shin Hye menoleh, begitupun dengan Tuan Park dan Nyonya Park. Dapat dilihatnya keluarga Jang yang sudah datang. Nyonya Jang terlihat menggendong Dae Joon yang sudah bergerak-gerak dengan mata berbinar saat mata bulatnya menemukan wajah Shin Hye.

“Omo.. Ha Soon-ah. Lama tidak bertemu”. Nyonya Park bangkit dari duduknya. Kemudian menghampiri Nyonya Jang dan memeluknya. Sedikit susah karena Nyonya Jang masih menggendong Dae Joon.

“Benar. Kau selalu saja sibuk Yoon Min-ah”. Balas Nyonya Jang.

“Ey~ kau juga sama saja”. Nyonya Park mengalihkan tatapannya pada Dae Joon. “Omo~ dia lucu sekali”. Ia meraih Dae Joon dan menggendongnya.

“Eommonim, Appa-nim silahkan duduk”. Shin Hye mempersilahkan calon mertuanya untuk duduk.

Kini mereka semua sudah duduk, mereka juga sudah memesan makanan. Suasana tegang sedikit terasa. Geun Suk yang duduk tepat dihadapan Tuan Park beberapa kali menghela napas. Dae Joon kini sudah berpindah pada Shin Hye, ia sempat menangis karena ingin digendong oleh calon ibunya itu.

“Kita langsung ke intinya saja”. Tuan Jang memulai pembicaraan.

Geun Suk berdehem pelan, ini sudah saatnya. Ia pun menatap Tuan Park serius. “Abeoji, kedatanganku bersama kedua orang tuaku bermaksud ingin melamar Shin Hye untuk menjadi istriku”. Ucapnya lancar. Geun Suk diam-diam menghela napas lega.

Hening, belum ada jawaban dari Tuan Park. Geun Suk yang sempat merasa lega, tiba-tiba saja menjadi tegang kembali. Bagaimana jika Tuan Park tidak menerima lamarannya? Tiba-tiba Geun Suk merasa takut sendiri. Padahal ia tahu pernikahan ini hanya pernikahan yang saling menguntungkan antara dirinya dengan Shin Hye, namun entah mengapa Geun Suk tidak rela jika Tuan Park menolak lamarannya.

Tuan Park terlihat mengela napas, ia kemudian menatap Geun Suk serius. “Aku bisa saja menerima lamaranmu. Tapi apakah kau bisa memberiku jaminan supaya aku lebih percaya kalau kau akan mencintai putriku selamanya dan tidak akan pernah menyakitinya?”.

Skak mat, Geun Suk diam. Semua mata yang duduk dimeja nomor 10 itu menatap kearah Geun Suk. Tanpa terkecuali Shin Hye yang juga merasakan ketegangan yang luar biasa.

Geun Suk masih diam. Ia mengumpat dalam hati, bagaimana bisa ia memberikan jaminan jika ia sendiri tdak tahu apa yang akan ia berikan sebagai jaminannya. Suasana tegang yang semakin terasa semkin membuat Geun Suk tidak tahu harus menjawab apa. Cinta akan datang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, ingin sekali Geun Suk menjawab seperti itu. Tapi tidak, ia yakin Tuan Park akan menguburnya hidup-hidup. Aku akan memberikan nyawaku sendiri sebagai jaminannya, Geun Suk juga ingin menjawab itu. Tapi kembali lagi, ini bukan pernikahan sepasang kekasih yang didasari atas cinta yang menggelora. Jadi apa yang harus aku jawab? Batinnya.

***

TBC

The Wedding 5

Geun Suk saat ini sedang mengedit dan menghapus beberapa foto yang menurutnya jelek. Namun, perhatiannya tidak sepunuhnya terarah pada layar monitor yang menampilkan beberapa foto hasil pemotretan sesi pertama. Pikirannya kini lebih terfokus pada pertemuan keluarga nanti malam untuk menentukan tanggal pernikahannya dengan Shin Hye.

Geun Suk gugup, tentu saja. Ini pengalaman pertama baginya untuk melamar seorang gadis. Bukan masalah tidak kenalnya ia dengan Tuan Park—Ayah Shin Hye—hanya saja ucapan Shin Hye yang mengatakan kalau Tuan Park sempat tidak memberikan restu sedikit membuat dirinya menciut. Geun Suk tahu kenapa Tuan Park sempat tidak memberikan restu. Ayolah, bersahabat cukup lama dengan Shin Hye, membuat Geun Suk juga mengenal Tuan Park dengan baik. Tentu saja, Tuan Park juga mengenal Geun Suk luar dalam, termasuk sifat Geun Suk yang playboy saat masih muda dulu.

Lamunannya buyar saat seseorang menaruh gelas pelastik berisikan kopi dihadapannya. Geun Suk menoleh, dan menemukan Clara Jung yang sudah duduk disampingnya. Kebetulan, hari ini ia yang menjadi model pemotretan untuk salah satu majalah terkenal dikorea.

“Kudengar kau akan menikah dalam waktu dekat?”. Tanya Clara.

“Menurutmu?”.

“Menurutku itu bukan hanya gosip”.

Geun Suk hanya terkekeh kecil, ia masih menyibukkan diri dengan kegiatannya.

“Jadi, benar itu bukan hanya gosip?”. Tanya Clara lagi.

“Kau sudah tau jawabannya”. Balas Geun Suk sedikit cuek.

“Dengan siapa?”.

Geun Suk menghela napas, ia menoleh menatap Clara. “Yang pasti bukan denganmu, Nona Jung. Cepat ganti bajumu dan kita lakukan pemotretan sesi selanjutnya. I’m very busy today”. Setelahnya Geun Suk berlalu meninggalkan Clara yang hanya bisa mendengus. Entahlah, Geun Suk selalu merasa tidak nyaman saat berada terlalu lama didekat wanita itu. Geun Suk meraih Kamera DSLR Canon EOS 650D miliknya, mencobanya beberapa kali dengan objek orang-orang yang sedang berlalu lalang mempersiapkan sesi foto berikutnya. Ia kembali mengatur kameranya saat merasa hasil fotonya kurang bagus.

“Hyung, lihat ini”. Hoon Jin yang menghampiri Geun suk dengan terburu-buru langsung menyodorkan sebuah majalah pada Geun Suk.

Geun Suk menerima majalah yang disodorkan Hoon Jin, sedetik kemudian ia mendecih saat membaca judul pada cover majalah itu ‘FOTOGRAFER TAMPAN JANG GEUN SUK, AKAN MENIKAHI CLARA JUNG DALAM WAKTU DEKAT’.

“Hyung, kau tidak akan menikah dengannya kan?”.

Geun Suk mendengus saat mendengar pertanyaan Hoon Jin, ia menghempaskan majalah itu keatas meja didepannya. “Yang benar saja. Mereka menulis berita hanya berdasarkan pada asumsi publik”.

“Ini juga karena kau yang tidak memberitahukan pada wartawan siapa calon istrimu sebenarnya”. Ucap Hoon Jin.

Geun Suk mendelik menatap Hoon Jin tajam. “Aku punya alasan kenapa aku tidak melakukan itu. Lagi pula bagaimana mungkin mereka mengira aku akan menikah dengan model itu. Dia sama sekali bukan seleraku”. Balas Geun Suk, ia mengalihkan tatapannya pada Clara yang masih di make up oleh penata riasnya.

“Itu karena-“.

“Diam kau. Kau mau aku pecat hah?”.

Hoon Jin langsung menciut. Ia tidak berani lagi membalas ucapan Geun Suk, jika bosnya itu sudah menyebut kata-kata dipecat. Sementara itu, Geun Suk berusaha menenangkan dirinya yang sedikit kesal. Benar apa yang dikatakannya tadi, Geun Suk punya alasan kenapa ia tidak memberitahu wartawan kalau Shin Hye lah yang akan menjadi istrinya. Ia tidak mau Shin Hye menjadi tidak nyaman karena terus menjadi buruan para wartawan. Bukankah sudah dikatakan dari awal, meskipun hanya seorang fotogarafer, popularitas Geun Suk bisa disetarakan dengan popularitas para idol dan aktor terkenal dikorea. Itu karena wajah tampan Geun Suk yang memang menjadi incaran banyak wanita. Ketampanan yang menjadi alasan kenapa Geun Suk menjadi incaran para wartawan yang haus akan berita.

Geun Suk sudah terbiasa saat para wartawan mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan pribadinya. Namun Geun Suk tidak yakin dengan Shin Hye, kehidupan wanita itu jauh dari sentuhan wartawan. Ngomong-ngomong soal wartawan, Geun Suk sampai saat ini belum memberitahukan pada mereka perihal keberadaan Jang Dae Joon, Putranya. Ini belum saatnya, pikirnya.

***

Geun Suk masih berada didalam mobilnya selama 30 menit, ia belum berniat untuk keluar dari mobilnya. Geun Suk masih terus memandangi bangunan yang bertuliskan ‘Ssinz Boutique’ dipintu bangunan itu yang terbuat dari kaca. Tampak beberapa orang yang berlalu lalang keluar masuk dari sana. Jangan tanyakan pada Geun Suk kenapa ia ada disini, karena Geun Suk pun tidak tahu apa yang harus ia jawab.

Setelah pemotretan selesai, Geun Suk yang sudah tidak ada job lagi, bingung mau melakukan apa. Kalau pun ia pulang, pasti dirumah akan direpotkan dengan segala urusan Anaknya. Dan Geun Suk pasti akan kewalahan, jadi biarlah Kim Ahjumma yang mengurus Dae Joon saat siang hari. Mengikuti nalurinya, Geun Suk saat itu mulai menjalankan mobilnya membelah jalanan kota Seoul disiang hari, hingga ia sampai didepan bangunan yang masih dipandanginya itu. Geun Suk tidak berniat untuk menemui Shin Hye. Karena kalaupun ia bertemu dengan wanita itu, Geun Suk tidak yakin bisa menahan dirinya untuk tidak mencium Shin Hye, lagi.

Geun Suk sempat merutuki kaki dan tangannya yang memegang kendali dalam menjalankan mobil mewahnya ini, karena mau tidak mau Geun Suk kembali teringat dengan kejadian tempo hari. Saat ia merasakan kelembutan bibir Shin Hye dan membuatnya terus terbayang-bayang akan bibir wanita itu. Ugh! Ini semakin sulit, dengan membayangkan nya saja, gejolak didalam dirinya semakin terasa. Ia sangat menanti saat-saat diamana ia bisa menikmati bibir itu lagi.

Karena merasa sudah terlanjur, akhirnya Geun Suk memantapkan hati untuk turun dan menemui Shin Hye. Ia berdehem pelan sebelum melangkah memasuki butik itu. “Permisi. Bisakah aku bertemu dengan Park Shin Hye?” tanyanya pada salah satu pegawai disana.

Pegawai itu tenganga, terpesona dengan ketampanan Geun Suk. Ia masih diam sambil memandangi Geun Suk berbinar. Bukan hanya pegawai wanita itu saja, semua orang yang berada disana juga ternganga. Orang-orang berjenis kelamin wanita itu juga memandang Geun Suk berbinar. Membuat pria yang masih menananti jawaban dari pertanyaannya hanya bisa berdiri cangung. “Maaf, bisakah aku bertemu dengan Park Shin Hye?” tanyanya kembali.

Tersentak, pegawai itu berusaha mengendalikan dirinya. “Tentu. Anda bisa menaiki tangga itu untuk sampai di ruangan Nona Park”. Jawabnya dengan senyum manis.

“Terima kasih”. Setelahnya Geun Suk berlalu dari sana. Meninggalkan para wanita yang masih tertegun memandangi dirinya hingga Geun Suk sudah tidak terlihat lagi oleh para wanita itu. Bahkan ada seorang wanita yang mengabadikan momen saat Geun Suk menaiki tangga untuk menuju keruangan Shin Hye dengan kamera ponselnya.

Setelah Geun Suk hilang dari pandangan para wanita itu, suara teriakan mulai terdengar.

“Kyaaa~ aku tahu dia tampan. Tapi dilihat secara langsung seperti tadi. Dia jau lebih tempan”.

“Kau benar. Tapi kenapa dia manemui Park Shin Hye?”. Ucap wanita lainnya.

“Jangan-jangan….”.

“Omo..omo, jadi dia tidak menikah dengan Clara Jung. Tapi dengan Park Shin Hye”.

“Ey~ jangan asal bicara. Bisa jadi dia kesini karena mengenal Park Shin Hye”.

“Tapi bisa saja kan itu benar. Toh, sampai sekarang juga belum ada konfirmasi dari pihak Clara Jung tentang benar atau tidaknya berita yang beredar”.

Semua yang berada disana mengangguk setuju. Diam-diam, wanita yang tadi memfoto Geun Suk mengunggah hasil fotonya itu ke akun SNS miliknya. Selain itu, dia juga melengkapi foto yang diunggahnya dengan caption ‘Fotografer Jang Geun Suk menemui Park Shin Hye, pemilik Ssinz Boutique. Jangan-jangan yang menjadi calon istri Jang Geun Suk adalah Park Shin Hye, bukan Clara Jung’.

***

Geun Suk saat ini tengah memandangi Shin Hye dari luar ruangan wanita itu, ruangan yang memiliki dinding dari kaca itu, membuat Geun Suk bisa dengan mudah melihat kegiatan calon istrinya.

Shin Hye yang sibuk dengan sebuah buku besar tidak menyadari keberadaan Geun Suk yang masih memandanginya, jari-jemari wanita itu yang memegang sebuah pensil tampak lincah bergerak manggambar garis per garis hingga menghasilkan sebuah gambar gaun cantik. Rambut indah Shin Hye digelung keatas, beberapa anak rambut terlihat membingkai wajah cantiknya. Sesekali, wanita itu menyeka keringat didahinya.

Geun Suk tersenyum samar, jarang sekali ia melihat Shin Hye bekerja. “Cantik”. Tanpa sadar Geun Suk memuji. Ia melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam ruangan itu. Berdehem pelan untuk mendapatkan perhatian Shin Hye.

Shin Hye menoleh, dan sedikit terkejut saat melihat Geun Suk ada diruangannya. Ia berdehem pelan untuk mengendalikan diri. “Kau, tumben kau kemari?”.

Geun Suk masih diam, dalam hati ia merutuki pertanyaan Shin Hye, karena ia juga tidak tahu untuk apa ia kesini. “Mmm.. Hanya…-“.

Shin Hye mengernyitkan dahi. “Hanya?”.

Geun Suk semakin bingung, bepikir bodoh berpikir. Ah! “Hanya.. Ingin mengajakmu makan siang”. Setelahnya, diam-diam Geun Suk mengembuskan napas lega. “Kau mau?”.

Shin Hye tidak menjawab pertanyaan Geun Suk. Ia dan Geun Suk memang sering makan siang bersama, dengan Hong Ki juga tentunya. Namun kali ini pasti hanya akan ada mereka berdua saja. Shin Hye yakin, ia tidak akan bisa mengontrol dirinya. Apalagi setelah kejadian tempo hari saat Geun Suk men- Shin Hye menggeleng, berusaha menghilangkan bayangan yang mulai memasuki pikirannya.

“Shin Hye?”.

Shin Hye tersentak, ia kembali menatap Geun Suk. “Y-ya”.

“Kau mau?”.

“B-baiklah”. Jawaban gugup yang dilontarkan Shin Hye, tanpa sadar membuat Geun Suk tersenyum. Entahlah, Geun Suk hanya merasa senang karena Shin Hye mau menerima ajakannya. Hey, ada apa denganmu Geun Suk?.

“Kalau begitu aku tunggu dimobil”. Setelahnya Geun suk berlalu dari sana. Shin Hye tidak menjawab, ia hanya menatap punggung lebar Geun Suk yang mulai menjauh dengan tatapan yang sulit diartikan.

***

“Park Shin Hye? Siapa itu Park Shin Hye?”. Clara yang sedang duduk didepan meja riasnya terus membaca headline berita online yang sedang membahas sebuah foto Geun Suk yang diupload oleh seseorang diakun SNS.

Ya, foto yang diupload oleh salah satu pelanggan dibutik Shin Hye kini sudah menjadi viral di sosial media. Foto itu langsung menyebar dan menjadi perbincangan banyak orang hanya dalam hitungan menit. Bukan foto yang menjadi pembahasan, namun caption yang menyertai foto itulah yang menjadi fokus para pencari berita.

“Ya! Gal So Won”. Clara memangggil managernya dengan suara lantang. Membuat Manager itu segera berlari kearah Clara.

“Ada apa?”.

“Siapa itu Park Shin Hye?”.

“Park Shin Hye, dia seorang designer dan pemilik Ssinz Boutique”.

Clara mengangguk mengerti. Clara sempat mendengar nama butik itu, ia juga sempat melihat beberapa baju hasil rancangan Shin Hye, dan dia sangat tidak menyukainya. Menurutnya, rancangan baju milik Shin Hye sangat norak. “Park Shin Hye, designer yang sama sekali tidak punya bakat”. Cibirnya.

Sementara sang Manager hanya geleng-geleng kepala saat mendengar cibiran Clara itu. “Ya! Kalau kau tidak menyukai hasil rancangan Park Shin Hye maka lebih baik kau diam. Jangan mencibir orang yang bahkan tidak punya salah padamu”.

Clara mendelik, ia menatap tajam Managernya. “Tentu saja dia salah. Dia sama sekali tidak punya bakat untuk menjadi seorang designer. Tapi dia nekat untuk menjadi seorang designer. Hanya orang-orang aneh yang menyukai hasil rancangannya. Lagipula, apa yang Geun Suk lihat dari wanita itu. Lebih cantik aku daripada dia”.

Manager Gal kembali geleng-geleng kepala, ia menghela napas mencoba sabar menghadapi sikap arogan Clara. “Kau ini. Ya! Aku lebih tua darimu. Memanggilku Eonni tidak akan membuatmu mati kan?”.

Clara semakin menatap tajam Managernya. “Berani sekali kau padaku. Kalau aku tidak kasihan padamu, sudah dari dulu kau kupecat. Sudah sana, kau membuat mood ku buruk saja”.

Tanpa disuruh dua kali, Manager Gal langsung meninggalkan Clara dengan langkah kesal.

***

Shin Hye tidak fokus pada makananya, sedari tadi ia duduk tidak nyaman. Awalnya ia merasa tidak nyaman karena aura canggung yang melingkupi dirinya dan Geun Suk. Namun kini, ketidaknyamanan Shin Hye beralih karena terus dipandangi oleh hampir seluruh pengunjung restaurant. Berbagai macam pandangan dilontarkan padanya. Pandangan iri, pandangan mencibir, hingga pandangan marah. Tuhan, sebenarnya ada apa ini. Batinnya.

Geun Suk yang sedari tadi terus memperhatikan gerak-gerik Shin Hye menyadari ketidaknyamanan wanita dihadapannya. “Kau tidak apa-apa?”.

Shin Hye menoleh, ia menatap Geun Suk dengan senyum yang dipaksakan. “Tidak apa-apa. Kau lanjutkan makanmu”.

Geun Suk mendengus kecil, ia meletakkan sumpit yang dipegangnya dan meraih gelas berisikan air putih sebelum meminumnya. Ia tahu benar apa yang membuat Shin Hye tidak nyaman. Geun Suk megedarkan pandangannya, dan tersenyum kecil saat melihat tatapan para pengunjung restauran yang dilontarkan pada Shin Hye. Geun Suk tidak akan heran, karena memang inilah pertama kalinya ia berduaan dengan seorang wanita. “Kau mau pulang?”.

“Mmm.. Ya-ya. Kalu kau sudah selesai makan”.

“Baiklah, tapi kau juga makan. Makananmu belum kau sentuh sama sekali Shin Hye”.

Shin Hye terksiap. Benar, sedari tadi ia belum menyentuh makananya. Ia pun segera meraih sumpit dan mulai melahap makananya.

Disaat yang bersamaan, terlihat seseorang masuk kedalam retaurant. Ia mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang sedari tadi ia cari. Senyum kemenangan langsung tercetak jelas dibibirnya saat telah menemukan seseorang itu. Senyum kemenangannya semakin lebar saat ia juga menemukan seorang wanita bersama orang yang dicarinya.

“Jackpot. Ini jackpot”.

***

TBC

The Wedding 4

Shin Hye meletakkan piring berisi spaghetti carbonara yang baru saja selesai dimasaknya keatas meja makan. Ia melepas apron yang dipakainya saat masak tadi dan beranjak dari sana untuk mencari keberadaan Geun Suk. Tidak usah heran kenapa Shin Hye bisa terbiasa dengan dapur dirumah Geun Suk. Setiap ia, Hong Ki dan Geun Suk berkumpul. Rumah inilah yang sering digunakan. Shin Hye juga lah yang memasak makanan untuk mereka—Hong Ki dan Geun Suk—saat berkumpul.

Tidak sulit menemukan Geun Suk. Karena suara tangisan Dae Joon yang masih terdengar. Shin Hye mendengus, Geun Suk bahkan tidak bisa menenangkan anaknya sendiri. Sampailah ia disebuah kamar yang tidak terlalu luas. Saat memasuki kamar yang lantainya dilapisi karpet bulu halus itu, Shin Hye tertegun sejenak melihat pemandangan yang tersaji didepannya. Geun Suk yang sesekali terdengar mengerang frustasi dan Dae Joon yang berguling-guling diatas karpet dengan tangisannya yang semakin keras. Berbagai macam jenis mainan berserakan dikamar itu.

“Maaaaa.. Eom-maaaaaa~”. Shin Hye tersentak saat mendengar teriakan Dae Joon. Ia pun berlari menghampiri bayi satu tahun itu dan segera menggendongnya. Mengusap pipi Dae Joon yang kemerahan dan juga basah oleh air mata.

“Cup cup.. Sayang, Eomma disini”. Ia mengalihkan tatapannya kearah Geun Suk yang masih terduduk dengan mata yang masih memperhatikannya. “Kau bodoh. Kenapa kau biarkan Dae Joon bergulingan dilantai hah”.

Geun Suk bangkit, ia menatap Shin Hye sambil berkacak pinggang. “Lalu aku harus bagaimana? Dia tidak mau diam. Terus menangis mencarimu”.

“Harusnya kau bawa dia padaku”.

“Kau sedang memasak Shin Hye. Kau lupa?”.

Shin Hye hanya mendengus. Ia menatap Dae Joon kembali yang sudah mulai tenang meskipun isakan kecil masih terdengar. Ia menusap punggung kecil Dae Joon dengan lembut. “Kau mencariku ya?.

” “Ma~ Ma.. Pa, o~ o..”. Dae Joon menunjuk-nunjuk wajah a Geun Suk dengan jari mungilnya, kepalanya menggeleng kuat.

“Baiklah. Kau tidak mau dengan Appa”. Shin Hye kembali menatap Geun Suk. “Kau-spaghetti carbonara milikmu sudah matang. Cepat makan selagi aku menidurkan Dae Joon”.

Geun Suk hanya bergumam, kemudian melangkahkan kakinya keluar dari sana. Meniggalkan Shin Hye dan Juga Dae Joon.

***

Shin Hye membenarkan letak selimut berwarna biru muda milik Dae Joon. Ia menggerakkan sebelah tangannya untuk mengelus pipi bulat calon putranya. Tersenyum samar saat melihat mulut Dae Joon sedikit terbuka saat tidur. Setelah beberapa menit, akhirnya Shin Hye berhasil menidurkan Dae Joon. Butuh sedikit usaha, karena Dae Joon seperti tidak ingin memejamkan matanya. Bayi lucu itu hanya mengoceh seolah mengajak Shin Hye berbicara. Sampai akhirnya Dae Joon merasa lelah sendiri dan tertidur.

Setelah puas memandangi wajah tidur Dae Joon, Shin Hye kemudian bangkit dan berjalan keluar kamar. Meninggalkan calon putranya itu terlelap dan bermimpi indah. Ia menuruni tangga dan melangkah menuju dapur, dilihatnya Geun Suk yang baru saja selesai mencuci piring. Ini saatnya Shin Hye membicarakan perihal pernikahan mereka. Ia berdehem pelan untuk mendapat perhatian Geun Suk. “Kau sudah selesai?” tanya Shin Hye seraya mendudukkan dirinya dikursi.

Geun Suk menoleh, ia pun mengeringkan tangannya dengan kain lap yang menggantung di dinding. Kemudian mengikuti Shin Hye untuk duduk dikursi berhadapan dengan calon istrinya itu. “Sudah. Kau mau menginap?” tanyanya menawarkan.

Shin Hye menggeleng. “Tidak-tidak. Aku akan pulang setelah membicarakan sesuatu denganmu”.

”Sesuatu apa?”.

“Aku.. Aku sudah memberitahu Eomma dan Appa tentang pernikahan… Kita”. Ucap Shin Hye.

Geun Suk hanya mengangguk.

“Appa sempat tidak memberikan restu. Namun akhirnya Appa luluh, tapi ada satu syarat yang harus kau penuhi”. Lanjut Shin Hye.

Geun Suk mengernyitkan dahi. “Syarat?”.

“Iya. Syaratnya kau harus melamarku langsung didepan Appa”.

Geun Suk mengangguk mengerti. “Aku memang berencana untuk melakukan itu”.

Suasana hening tiba-tiba saja melingkupi mereka saat tidak ada satupun yang berniat untuk melanjutkan pembicaraan.

“Geun Suk”. Panggilan Shin Hye pada pria didepannya telah memecah keheningan.

“Mwo?”.

“Kau benar-benar yakin dengan semua ini?” tanya Shin Hye hati-hati.

“Aku tidak pernah seyakin ini Shin Hye”. Geun Suk menatap tepat kearah manik mata indah wanita didepannya. “Kenapa? Kau ragu karena masa laluku yang seorang playboy?”.

Shin Hye menggeleng, senyum canggung tercetak jelas dibibirnya. “Tidak, tentu saja tidak. Kau sudah berjanji untuk menjadikanku satu-satunya. Aku sudah memutuskan untuk memegang janjimu. Hanya saja…”.

”Hanya saja?”.

“Hanya saja… Ini pernikahan Geun Suk”.

”Lalu kenapa kalau ini pernikahan. Kita sudah memutuskan untuk mencobanya kan?” tanya Geun Suk jengah. Sebenarnya ada apa dengan wanita ini.

Shin Hye terkesiap saat mendapati nada kesal didalam ucapan Geun Suk. Bukan, bukan maksud Shin Hye untuk membuat Geun Suk kesal. Hanya setitik keraguan dihatinya, yang membuat ia akhirnya kembali mempertanyakan soal pernikahan ini. Banyak hal yang membuat Shin Hye ragu, namun satu yang saat ini mengusik keyakinannya adalah berita tentang kedekatan Geun Suk dan Clara Jung. Shin Hye juga tidak mengerti kenapa ia malah terpikirkan dengan berita itu, apalagi setelah mendengar pembicaraan pelanggan butiknya tadi siang (Part 3). Terlebih, pernikahan ini tidak didasari oleh cinta dan akan sangat rentan terhadap perpisahan.

“Shin Hye”. Panggilan Geun Suk menyadarkan Shin Hye dari lamunanya.

“Y-ya?”.

”Kau melamun?”.

“T-tidak”.

Geun Suk mendengus, jelas sekali wanita itu melamun tadi. “Apa yang kau pikirkan?” tanyanya.

“Tidak, aku tidak memikirkan apapun. Sebaiknya aku pulang”. Ia beranjak dari duduknya, namun sebuah tangan mencengkram pergelangan tangannya.

“Belum. Kita belum selesai bicara”. Geun Suk kembali mendudukkan Shin Hye. Ia pun berpindah duduk disamping Shin Hye, menghadap kearah wanita itu. ”Jadi, apa yang membuatmu ragu?”.

Diam sejenak, hingga akhirnya Shin Hye memberitahukan apa yang membuatnya ragu. “Clara Jung”. Ucapnya lirih.

“Clara Jung? Kenapa dengan wanita itu?” tanya Geun Suk heran.

“Kau.. Ada hubungan apa dengannya?” tanya Shin Hye ragu.

Geun Suk terkekeh geli. “Aku dan dia hanya sebatas fotografer dan model. Itu saja”.

“Kau yakin?”.

Geun Suk mengangguk, sedetik kemudian ia menatap Shin Hye dengan tatapan jail. “Kau terlihat seperti sedang cumburu”.

Shin Hye terkesiap, ia merasakan panas menjalar diwajahnya, ia berusaha menghindari kontak mata dengan Geun Suk. “A-apa? T-tidak. Tentu saja tidak. Kau-jangan harap”.

Geun Suk tertawa keras melihat tingkah Shin Hye. ”Hahahaha wajahmu memerah”. Shin Hye mendelik tajam kearah Geun Suk, ia meraih sebuah sendok dimeja makan dan.. Pletakkkk!!!

”Akh! Kenapa kau memukulku”. Terdengar teriakan kesakitan dari Geun Suk. Ia mengusap bagian kepalanya yang berdenyut nyeri.

“Rasakan!!!. Ayo, tertawa lagi”. Tantang Shin Hye.

Geun Suk hanya mendengus. ”Dasar, dari dulu hingga sekarang sifat galakmu tidak pernah hilang”.

Shin Hye mendelik, ia kemudian kembali memukuli kepala Geun Suk dengan sendok. “Apa? Kau bilang aku galak? Baiklah, kalau begitu rasakan ini, rasakan!!!”.

“Akh! Berhenti Shin Hye, ini sakit akh!”. Teriak Geun Suk sambil terus menghindari pukulan-pukulan Shin Hye. Merasa tidak berhasil, ia pun beralih mencengkram kedua pergelangan tangan Shin Hye hingga pergerakan wanita itu terhenti.

Suasana hening kembali melingkupi mereka. Geun Suk dan Shin Hye masih diam dengan saling memandang, pergelangan tangan Shin Hye masih dicengkram oleh Geun Suk. Entah kenapa udara disekitar mereka menjadi panas. Shin Hye menelan salivanya gugup sementara Geun Suk masih mengunci manik mata Shin Hye dengan pandangannya. Mengikuti naluri kelelakiannya, Geun Suk mendekatkan wajahnya. Hingga kini wajahnya dan wajah Shin Hye berjarak sangat dekat, ujung hidung mereka bahkan saling beradu. Melihat reaksi Shin Hye yang diam, Geun Suk menganggap itu adalah tanda kepasrahan wanita dihadapannya. Pria itu memiringkan kepalanya dan…

Chu~.

Lembut, Geun Suk tertegun saat merasakan kelembutan bibir Shin Hye. Sementara Shin Hye terbelalak dengan apa yang terjadi saat ini, Geun Suk menciumnya!!!. Ini memang bukan ciuman pertama bagi Geun Suk maupun Shin Hye. Tapi, ini pertama kalinya mereka berciuman. Tidak ada pergerakan sama sekali, Geun Suk hanya sebatas menempelkan bibirnya di bibir Shin Hye, mata elang nya pun terbuka.

Tidak jauh beda dengan Geun Suk, Shin Hye pun masih terdiam dengan mata terbelalak. Perasaannya bergemuruh, jantungnnya berdetak tidak normal.

Setelah beberapa menit mereka terdiam dengan bibir yang saling menempel, akhirnya Geun Suk yang menjauhkan wajahnya terlebih dahulu hingga tautan bibir mereka terlepas. Pandangan matanya tidak sekalipun lepas dari Shin Hye. Menatap wanita didepannya yang sampai sekarang masih mematung. Senyum kecil terlihat dibibir Geun Suk, ia menepuk pelan kepala Shin Hye, hingga wanita itu tersentak dan menatap kearahnya.

Tersadar karena tidak melepaskan pandangannya pada Geun Suk, Shin Hye segera mengalihkan wajahnya, ia berdehem gugup. “Aku… Aku harus segera pulang”. Ia langsung bangkit dari duduknya dan beranjak dari sana. Sementara Geun Suk mengikuti Shin Hye dibelakang. Saat akan membuka pintu mobil, Shin Hye kembali menoleh kebelakang. Ia melihat Geun Suk yang sedang menatap dirinya dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celana. Entah kenapa Shin Hye jadi mersakan gugup hanya karena menatap Geun Suk. “Mmmm.. Aku pulang sekarang”.

Geun Suk mengangguk. ”Hati-hati”.

Shin Hye mengangguk sebelum masuk kedalam mobil dan pergi dari sana.

Setelah mobil Shin Hye tidak terlihat lagi, Geun Suk segera masuk kembali kerumahnya. Tak lupa ia mengunci pintu sebelum melangkah menuju kamarnya. Ia langsung merebahkan tubuhnya di ranjang, matanya terpejam namun pikirannya melayang-layang tidak tentu arah. Pusat pikirannya saat ini adalah kejadian saat di dapur tadi. Pria tampan itu membuka kedua matanya dan meraba bibirnya, ia masih bisa merasakan lembut dan manisnya bibir Shin Hye. Geun Suk memang bukan sekali dua kali berciuman, ia sudah banyak ‘mencicipi’ berbagai macam bibir. Tingkahnya yang selalu berganti-ganti pasangan saat ia masih muda membuat Geun Suk dijuluki sebagai good kisser. Itu yang menjadikan para wanita berlomba untuk mendapatkan hati Geun Suk, selain wajah tampannya. Namun, Shin Hye tidak sama dengan para wanita itu. Shin Hye hanya seorang sahabat yang saat ini berstatus sebagai calon istrinya. Dan apa tadi? Geun Suk menciumnya. Pria itu mengerang saat ia merasakan keinginan untuk kembali merasakan manisnya bibir Shin Hye. Padahal, ciumana itu bukanlah ciuman bergairah yang sering ia lakukan dengan beberapa wanitanya dulu. Ayolah, Geun Suk bahkan ragu untuk menyebut yang tadi itu adalah ciuman. Itu mungkin akan lebih pas jika disebut saling menempelkan bibir. Tapi, kenapa? Kenapa pengaruhnya sampai membuat Geun Suk frustasi seperti ini? Shin Hye, Shin Hye, beberapa kali Geun Suk menyebutkan nama wanita itu dengan lirih. Dan ia menyesali itu, karena apa? Karena keinginanya untuk kembali mencium Shin Hye semakin besar. Sial!!!

***

Apa yang dirasakan Geun Suk, dirasakan pula oleh Shin Hye. Wanita yang masih dalam perjalan menuju ruamhnya itu masih merasakan debaran jantungnya yang masih berdebar kencang. Ia mengipas-ngipas wajahnya yang merona dengan tangan saat mobil yang dikendarainya harus terhenti karena lampu merah. Seperti yang dilakukan Geun Suk, Shin Hye pun meraba bibirnya, dan sedetik kemudian ia yakin rona merah dipipinya semakin terlihat. Tuhan, Shin Hye masih bisa merasakan lembutnya bibir Geun Suk.

Shin Hye tersentak saat mendengar suara klakson mobil dibelakangnya. Lihat, ia bahkan sampai tidak menyadari lampu merah sudah berganti dengan lampu hijau. Ia pun segera menjalankan mobilnya kembali sebelum diprotes lebih lanjut oleh pengendara lain.

“Sebenarnya kenapa dengan ku? Please God, itu bahkan bukan ciuman pertamaku. Tapi kenapa aku…”. Ia merutuki dirinya sendiri yang bertingkah seolah tadi itu ciuman pertamanya. Sial! Sebelumnya ia tidak pernah sampai seperti ini saat berciuman dengan mantan pacar nya dulu. Sesampainya dirumah nanti, Shin Hye sudah berencana untuk mandi dengan air dingin, tidak peduli cuaca kota Seoul yang sudah memasuki musim dingin. Ia hanya ingin menenangkan dirinya dengan mandi air dingin, itu saja.

Dering ponsel miliknya tiba-tiba saja berbunyi, Shin Hye segera mengangkatnya tanpa membaca ID Caller diponselnya. “Hallo”.

“Shin Hye”.

Shin Hye tersentak, suara ini. Ia menjauhkan ponsel miliknya dari telinga, dan membaca ID Caller yang tertera diponsel itu. Dan sedetik kemudian, ia menyesali karena telah mengangkat panggilan itu. Ia kembali mendekatkan ponsel itu ketelinga. “Kenapa?”. tanyanya datar.

“Bisakah kita bertemu”.

“Tidak, ini sudah malam”.

“Tidak sekarang. Besok mungkin?”.

Berpikir sejenak, ia akhirnya menemukan sebuah ide untuk sedikit balas dendam pada seseorang yang sedang meneleponnya. “Baiklah. Tapi aku akan datang bersama CALON SUAMIKU. Dan kau, boleh datang bersama SELINGKUHANMU dulu”. Setelahnya, senyum miring terlihat jelas dibibirnya.

“Shin Hye, tidak perlu-“.

“Kau keberatan? Kalau begitu jangan bertemu saja”. Pip. Shin Hye menghempaskan ponselnya kekursi belakang. “Untuk apa dia meneleponku lagi. Bukankah seharusnya dia sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya. Ck, sepertinya aku harus benar-benar mandi air dingin”.

Shin Hye menambah kecepatan mobilnya, ia ingin segera sampai dirumah. Hatinya kacau karena Geun Suk, dan semakin kacau setelah telepon dari seseorang tadi. Ia berdecak saat merasakan dirinya tidak sampai-sampai dirumah. Ayolah, Shin Hye hanya ingin cepat sampai, mandi, dan langsung tidur. Kemudian ia akan bangun keesokan harinya dengan perasaan yang lebih baik, itu saja.

***

 

TBC

The Wedding 3

Senin hari yang sibuk. Hari ini Shin Hye harus membantu pegawai butiknya karena para pelanggan yang terlalu banyak, biasanya ia hanya akan berada diruangannya yang berada dilantai dua butik miliknya dan memeriksa dokumen-dokumen tentang penjualan pakaian-pakaian yang ada dibutiknya, atau jika ia bosan, ia bisa membuat design baju untuk koleksi berikutnya. Namun entah apa yang terjadi dihari senin ini, para pelanggan seolah tidak berhenti untuk berdatangan. Jika yang satu pergi, maka akan datang yang lainnya. Begitu seterusnya. Shin Hye senang, tentu saja. Pelanggan yang banyak itu berarti penjualannya meningkat, dan hasil yang didapat juga pasti akan meningkat. Namun jika seperti ini setiap hari, Shin Hye harus berpikir untuk mencari pegawai tambahan agar ia dan para pegawai lainnya tidak kewalahan. Seperti saat ini, meski sudah memasuki jam makan siang, namun Shin Hye masih melayani seorang pelanggan wanita yang sedang memilih beberapa gaun untuk kepesta.

Wanita itu meraih sebuah gaun panjang berwarna orange. “Apa aku bisa melihat warna lain?” tanyanya pada Shin Hye.

“Tentu Nyonya”. Shin Hye mengedarkan pandangannya, mencari pegawainya yang dirasa sedang free. Setelah menemukannya, Shin Hye langsung memanggil pegawai itu. “Tolong ambilkan warna lain dari gaun ini”. Setelah pegawai itu pergi, Shin Hye kembali menatap wanita yang menjadi pelanggannya. “Gaunnya sedang diambilkan Nyonya”. Ucap Shin Hye sopan.

Wanita itu tersenyum, ia kemudian melihat-lihat gaun lain selagi menunggu gaun yang sedang diambilkan oleh pegawai butik. Tidak lama kemudian, pegawai tadi muncul dengan beberapa gaun berwarna berbeda. Pegawai itu memberikan gaun yang dibawanya pada wanita tadi. Setelahnya, wanita itu beranjak menuju ruang ganti untuk mencoba gaunnya.

“Tolong layani wanita tadi”. Ucap Shin Hye. Pegawai dengan name tag Park Se Young itu mengangguk sopan.

Setelahnya, Shin Hye berjalan menuju ruangannya dilantai dua, masih banyak dokumen-dokumen yang harus ia periksa.

“Omo..omo.. Fotografer tampan Jang Geun Suk mengkonfirmasi dirinya akan segera menikah”.

Langkah Shin Hye terhenti saat mendengar suara seseorang yang menyebut nama sahabat-ehem maksudku calon suaminya. Ia menoleh, dan menemukan beberapa wanita muda dengan ponsel ditangannya, mereka tampak serius melihat ponsel.

“Kau serius? Siapa wanita yang beruntung itu?”.

Shin Hye semakin tertarik, ia pun berpura-pura memeriksa beberapa barisan baju. Namun dalam hati ia berniat untuk menguping.

“Dia tidak menyebutkan nama calon istrinya. Dia hanya mengatakan akan menikah dalam waktu dekat ini”.

Shin Hye berdehem pelan. Entah mengapa ada rasa tidak suka saat Geun Suk tidak memberitahu wartawan kalau dirinyalah calon istri pria tampan itu.

“Lihat..lihat. Banyak netizen yang berspekulasi kalau Jang Geun Suk akan menikah dengan Clara Jung”.

“Oh My God. Sepertinya aku benar-bernar akan patah hati”. Teriak salah satu dari mereka.

Shin Hye menyebutkan nama Clara Jung dalam hati. Shin Hye tahu wanita itu, tidak mengenalnya secara pribadi memang, hanya sekedar tahu saja. Clara adalah seorang model majalah pria dewasa, badannya seksi, wajahnya cantik, senyumnya manis sekaligus sensual. Geun Suk sering menjadi fotografer Clara saat wanita itu pemotretan. Clara dan Geun Suk juga terbilang cukup dekat. Tapi Hey, Geun Suk akan menikah denganku, bukan dengan model itu. Sedetik kemudian Shin Hye terhenyak dengan apa yang diucapkan innernya. Ia menggeleng, dan melanjutkan jalannya untuk ke ruangan miliknya. Setelah tiba diruangannya, Shin Hye segera mendudukkan dirinya kasar diatas kursi kerjanya. Ia memijat pelan pelipisnya yang tiba-tiba saja terasa pusing. Geun Suk memang memberitahukan dirinya kalau pria itu akan mengumumkan pada wartawan perihal pernikahan mereka. Jadi harusnya semua tidak ada masalah kan? Satu-satunya masalah adalah ada rasa tidak suka saat para netizen mengira calon istri Geun Suk adalah Clara. Kenapa? Kenapa harus ada rasa tidak suka dihati Shin Hye.. Menegakkan tubuhnya yang semula menyender, Shin Hye berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Toh pada kenyataannya, ia lah yang akan menikah dengan Geun Suk.

***

Studio foto didaerah Gangnam, Seoul itu terlihat ramai. Beberapa orang berlalu lalang mengerjakan tugas masing-masing. Mulai dari mengurus kostum, aksesoris, makeup, penata cahaya, dan tugas-tugas lainnya. Sementata itu kilatan cahaya dari kamera juga tidak berhenti menyala. Terlihat seorang model yang sedang berpose, menampilkan pose andalannya didepan kamera yang sedang diarahkan padanya.

“Oke. Ganti kostum”. Seru Geun Suk. Ia kemudian berjalan kearah monitor yang menampilkan hasil pemotratan tadi, dan mendudukkan dirinya dikursi yang tersedia disana. Seseorang datang dan meletakkan sebuah minuman kaleng dihadapan Geun Suk.

“Hyung, silahkan diminum”.

“Gomawo, Hoon Jin-ah”. Ia meraih minuman itu dan meminumnya, masih dengan mata yang menatap kearah monitor.

Hoon Jin duduk disamping Geun Suk dan ikut memperhatikan hasil foto, sedetik kemudian ia mendecih. “Kenapa brand pakaian ini masih menggunakan Oh Seo Soon sebagai modelnya. Oh Seo Soon jelas sudah kehilangan pamornya”.

Geun Suk tersenyum samar mendengar celotehan Hoon Jin, asistennya. “Apa kau tidak pernah mendengar orang mengatakan jika uang sudah berbicara maka semuanya akan diam?”.

Hoon Jin menoleh kearah Geun Suk, mengernyitkan dahi heran. “Maksudmu Hyung?”.

Geun Suk menghela napas, Hoon Jin memang selalu membutuhkan penjelasan lebih. “Oh Seo Soon memang tidak bisa memberikan keuntungan untuk brand ini. Tapi ia tetap bisa mempertahankan posisinya sebagai brand ambasador dengan menggunakan uang. Istilah kasarnya, jalur belakang”.

Hoon Jin terkesiap. “Jadi maksudmu, Oh Seo Soon menyuap pemilik brand pakaian ini?”.

Geun Suk mengangguk singkat. Ia masih terus memperhatikan monitor didepannya. Sesekali ia menghapus hasil foto yang menurutnya jelek. Dering ponsel milik Geun Suk memecah konsentrasinya, ia merogoh saku celana jeans nya dan segera mengangkat telepon setelah tahu siapa yang meneleponnya.

“Hallo”.

“Hallo kau bilang? Kau terdengar sangat santai setelah membuatku jantungan dengan pernyataanmu pada wartawan. Yang benar saja”.

“Kau berisik sekali, Lee Hong Ki”.

”Mwo? Hyung, bagaimana mungkin kau dan Shin Hye. Sejak kapan kalian berkencan hah? Kenapa aku tidak diberi tahu? Tega sekali kalian”.

Geun Suk mendengus. Jika ada penobatan drama queen dan drama king. Maka Lee Hong Ki pantas untuk mendapatkan gelar drama king, berlebihan. “Oke. Aku akan menjelaskannya nanti. Sekarang aku sedang ada pemotretan”.

“Nanti? Kapan?”.

“Tanz Cafe. Jam 4 sore”. Pip. Geun Suk langsung memutus sambungan telepon setelah menjawab pertanyaan Lee Hong Ki. Kupingnya tidak kuat mendengar rengekan-rengekan sikepala biru itu telalu lama.

“Geun Suk-ssi, sesi foto selanjutnya sudah bisa dimulai”. Ucap seorang laki-laki yang menghampir Geun Suk. Tanpa menjawab, Geun Suk segera bangkit dan memulai pemotretan selanjutnya.

***

“Kau sudah menunggu lama?”. tanya Geun Suk saat ia mendudukkan dirinya dihadapan Hong Ki.

“Cepat jelaskan”. Hong Ki menatap tajam Geun Suk, menyilangkan kedua tangannya didada, dan mengerucutkan bibirnya.

Geun Suk terkekeh, dimatanya kini Lee Hong Ki terlihat sangat menggelikan. “Ya! Apa kau tidak bisa bersikap biasa saja?”.

“Tidak. Ayolah Hyung”. Desak Hong Ki setengah merengek.

“Mwo?”.

”Alasan kau dan Shin Hye menikah”.

“Karena kami saling mencintai, itu saja”. Jawab Geun Suk enteng. Tapi jelas sekali apa yang diakatakannya hanya omong kosong belaka.

Hong Ki tenganga. Apa ini? Saling mencintai? Ia tidak salah dengar kan? Atau memang ia yang tuli? Tidak-tidak. Hong Ki masih sehat. Pria dengan rambut berwarna biru itu menggeram. “Kau bercanda? Sejak kapan kalian saling mencintai eoh? Kenapa aku tidak tahu?”.

Geun Suk berdecak. Obrolan ini akan berlangsung lama. “Apa otakmu hanya dipenuhi dengan design-design bangunan, dan rencana untuk merubah warna rambut saja eoh?”.

“Hyung, apa hubungannya hal itu dengan kau dan Shin Hye saling mencintai. Jangan mencoba untuk mengalihkan pembicaraan”.

“Dengar! Cinta, bisa tumbuh dengan sendirinya jika sering bertemu”.

Hong Ki mendecih. “Kau berusaha mengelabuhiku? Sering bertemu kau bilang? Terakhir kita berkumpul itu kemarin setelah hampir empat bulan tidak saling bertemu”.

“Aku dan Shin Hye sering bertemu.. Tanpamu”.

Hong Ki semakin ternganga. Sedetik kemudian wajahnya berubah sendu. “Teganya kalian. Kalian sahabat yang tidak baik”.

Geun Suk menghela napas, bersiap untuk menghadapi big baby. Bayi besar didepannya lebih merepotkan daripada Dae Joon. “Dengar! Kami tahu kau sibuk dengan proyekmu, makanya kami tidak mengajakmu, kami tidak mau mengganggu konsentrasimu Hong Ki-ah”.

Hong Ki menatap Geun Suk, bibirnya melengkung kebawah. “Baiklah, aku menerima alasanmu meskipun dengan berat hati”.

Geun Suk tersenyum, ia menepuk-nepuk pelan bahu Hong Ki. “Kau salah satu undangan yang diwajibkan untuk datang. Jika kau berani untuk tidak datang, kau akan berakhir mengenaskan”. Meski begitu, Geun Suk tidak bersungguh-sungguh saat mengatakannya.

“Kau mengancamku Hyung”.

“Jika kau berpikir seperti itu, maka anggap saja iya”.

“Cih”.

***

Geun Suk mengela napas lelah sebelum menjalankan Koenigsegg Ageera R. Mobil berwarna putih seharga 1,6 juta US Dolar (sekitar 16,4 milyar rupiah) miliknya untuk membelah jalanan kota Seoul menuju rumahnya. Ia merasakan sangat lelah, setelah pemotretan hampir seharian, ia masih harus mengurus big baby berambut biru. Beruntung ia bisa membujuk sahabat bertubuh orang dewasa namun berotak kekanakan itu, ya meskipun harus dengan bujuk rayuan.

Perutnya tiba-tiba saja berteriak kelaparan, tadi saat dicafe, Geun Suk bahkan tidak sempat untuk memesan makanan karena Lee Hong Ki yang terus mendesaknya untuk menjelaskan semuanya. Well, mau tidak mau Geun Suk harus berbohong lagi, setelah kemarin pada ibunya dan tadi pada Hong Ki. Semoga Tuhan memaafkan dosa kebohongannya itu.

Perutnya kembali berbunyi, ia melirik jam dipergelangan tangan kirinya, 17.50. Kim Ahjumma pasti akan langsung pulang ketika ia sampai nanti. Dan ia juga harus langsung mengurus Dae Joon. Geun Suk mengedarkan pandangannya kepinggir jalan saat mobilnya harus terhenti sejenak karena lampu merah. Dapat dilihatnya banyak food court yang berjejer disana, kebanyakan makanan cepat saji. Dan Geun Suk bukan penggemar makanan itu. Jadi ia memutuskan untuk tidak turun dan membelinya. Makanan cepat saji itu tidak sehat, aku benar kan? Ia kembali menjalankan mobilnya saat lampu hijau menyala. Geun Suk akan lebih memilih makan direstoran ataupun cafe daripada harus makan-makanan cepat saji seperti burger, hotdog atau makanan berminyak lainnya. Ia lebih suka Spaghetti Carbonara-ah! Benar, spaghetti carbonara. Itu salah satu makanan favoritnya. Dua koki terbaik dalam memasak makanan favoritnya itu adalah ibunya dan..Park Shin Hye, menurutnya. Beberapa kali ia mencicipi spaghetti carbonara buatan Shin Hye, dan enak.

Air liur nya seperti ingin menetes saat bayangan spaghetti carbonara melayang-layang diotaknya. Ia tidak mungkin minta dimasakkan pada ibunya, karena Nyonya Jang sedang menemani suaminya untuk pergi ke Jepang. Jadi, satu-satunya yang tersisa hanyalah Shin Hye. Tanpa menunggu lama lagi, ia segera meraih ponselnya dan mencari nomor kontak Shin Hye.

“Hallo”.

“Shin Hye, kau sedang dimana?”.

“Aku masih dibutik. Sebentar lagi aku pulang”.

“Pulang kerumahku saja”. Ucap Geun Suk spontan.

Shin Hye mengernyitkan dahi. “Maksudmu?”.

“Aku lapar dan ingin makan spaghetti carbonara. Kau mengerti maksudku kan?”.

Shin Hye mendengus samar. “Kau menyuruhku untuk membuat itu?”.

“Ya”.

“Kau bisa membuatnya sendiri kan?”.

“Ey~ ayolah. Kau tahu kemampuan masak ku memperihatinkan. Lagi pula, setelah menikah nanti, kau juga yang akan selalu masak untukku”.

Tanpa sadar Shin Hye merona. Masak untuk Geun Suk, tentu saja. Kau akan jadi istrinya, Shin Hye!!!

“Shin Hye, kau masih disana?” tanya Geun Suk saat tidak mendengar jawaban dari Shin Hye.

“Oh! Y-ya. Aku akan kerumahmu sekarang”.

“Oke. Hati-hati”.

***

Setelah sambungan teleponnya dengan Geun Suk terputus. Shin Hye segera membereskan pekerjaannya dan langsung melesat keluar, tidak lupa ia menyuruh para pegawai butik untuk tutup saat sudah jam 9 nanti. Kini wanita cantik itu sedang berada disebuah supermarket untuk membeli bahan-bahan spaghetti carbonara.

“Pasta, telur, pecorino, lada hitam, daging, kacang polong, jamur, sepertinya tidak ada yang terlewat”. Gumamnya saat memeriksa kembali belanjaannya. Setelah yakin belanjaannya sudah lengkap, Shin Hye segera menuju meja kasir untuk membayar. Ia memberikan kartu kreditnya setelah petugas kasir menyebutkan total harga belanjaannya.

Setelah semuanya selesai, Shin Hye membawa belanjaannya kemobil dan meletakkannya dibangku penumpang. Setelahnya ia segera duduk dikursi kemudi lalu mulai menjalankan mobilnya. Selama di perjalanan, entah kenapa pikiran Shin Hye tertuju pada kedua orang tuanya. Shin Hye sudah memberitahukan kedua orang tuanya perihal pernikahannya dengan Geun Suk melalui telepon. Dan respon orang tuanya percis seperti yang diperkirakannya, kaget. Nyonya Park sampai beberapa kali menanyakan keyakinannya. Tuan Park bahkan sempat tidak memberikan restu. Wajar memang, karena Ayahnya itu tahu reputasi buruk Geun Suk yang seorang playboy.

Namun dengan segala bujuk rayu yang dibumbui dengan kebohongan, akhirnya Tuan Park luluh dan memberikan restu dengan syarat Geun Suk harus melamar Shin Hye langsung dihadapannya—Tuan Park—. Tuhan, maafkan aku. Batinnya. Sesampainya Shin Hye didepan rumah Geun Suk, wanita cantik itu segera turun, ia segera menekan bel rumah dan muncullah Geun Suk bersama Dae Joon digendongannya. ”Kenapa lama sekali?”.

”Aku membeli ini dulu”. Shin Hye menunjukkan kantung belanjaannya. Pandangan matanya beralih kearah Dae Joon yang sedang menatapnya berbinar. Tangan mungil bayi itu sudah terjulur kearahnya.

“Ma..ma~ ma..”. Bibir Dae Joon mengerucut lucu sebelum isakan kecil terdengar. Tangannya terus bergerak-gerak terjulur kearah Shin Hye. Shin Hye yang mengerti pun segera meletakkan kantung belanjaannya dilantai dan langsung meraih Dae Joon. Sedetik kemudian terdengar tawa khas bayi dari bibir mungil itu.

“Kau senang eoh?”. Tanya Shin Hye dengan menciumi pipi bulat calon putranya. Geun Suk hanya tersenyum melihat tingkah putranya itu. Dae Joon sepenuhnya melupakan dirinya sekarang. Dasar, masih bayi saja sudah tahu mana yang cantik.

Geun Suk mengambil alih kantung belanjaan Shin Hye. “Ayo masuk”. Geun Suk membiarkan Shin Hye berjalan masuk terlebih dahulu. Kemudian disusul olehnya setelah menutup pintu. Geun Suk dan Shin Hye langsung menuju dapur.

Geun Suk meletakkan kantung belanjaan dimeja makan yang ada disana. Kemudian ia meraih Dae Joon kembali karena Shin Hye harus memasak. Seolah mengerti, Dae Joon langsung melingkarkan kedua tangannya dileher Shin Hye, memeluk calon Ibunya itu erat. “Pa..pa .. o~ o..” celotehnya seraya mengeleng-gelengkan kepalanya.

Ada dua reaksi berbeda atas tingkah Dae Joon ini. Geun Suk yang ternganga karena baru saja ditolak oleh putranya sendiri. Dan Shin Hye yang tertawa keras.

“Sepertinya Dae Joon lebih nyaman bersamaku”.

“Tidak, kau kan harus memasak. Joonie-ah, dengan Appa dulu ya?”. bujuknya. Geun Suk kembali akan meraih Dae Joon, namun tangan mungil putranya itu terus berusaha menepis tangan Geun Suk yang akan meraih tubuhnya.

“Sayang, ikut dengan Appa dulu ya”. Shin Hye ikut membujuk. Namun bukannya menurut, Dae Joon malah semakin mengeratkan pelukannya dileher Shin Hye.

Geun Suk menghela napas, jika sudah begini maka tidak akan ada cara lain selain dipaksa. Geun Suk menatap Shin Hye.

“Sayang, setelah ini kau langsung masak. Dan jangan pedulikan teriakan-teriakan Dae Joon”. Setelahnya Geun Suk langsung meraih Dae Joon secara paksa dan segera membawanya menjauh dari sana. Meninggalkan Shin Hye yang tertegun karena mendengar panggilan Geun Suk untuknya.

“Maaaaaaaaaaaa…..”.

Teriakan Dae Joon bahkan tidak menyadarkan Shin Hye. Ia masih diam mematung. Apa? Sayang? Geun Suk memanghilnya sayang. Bisa Shin Hye rasakan pipinya memanas sebelum akhirnya merona, jantungnya berdebar tidak normal. Tersentak, Shin Hye menepuk-nepuk pelan pipinya berharap rona merah disana hilang. Ia juga beberapa kali menghirup napas dan menghembuskannya kembali agar detak jatungnya kembali normal.

Shin Hye beranjak menuju kulkas dan menuangkan air dingin kedalam gelas yang telah ia ambil sebelumnya. Kemudian meminumnya serampangan, sampai ia terbatuk karena tersedak. Beberapa saat setelahnya Shin Hye yang sudah merasa tenang segera memulai acara masaknya. Ditengah kegiatannya, ia bisa mendengar teriakan maupun tangis Dae Joon. Entah apa yang sedang dilakukan Ayah dan Anak itu. Ia hanya berharap Geun Ssuk tidak melakukan yang aneh-aneh pada Dae Joon.

***

 

TBC