*Tuan Jang: Jang Tae Seo
*Nyonya Jang: Kim Ha Soon
*Tuan Park: Park Seung Hwan
*Nyonya Park: Shin Yoon Min
Note: Nama-nama diatas merupakan karangan author, bukan nama-nama asli orang tua Jang Geun Suk maupun Park Shin Hye.
***
“Jang Geun Suk-ssi?”. Geun Suk menoleh, ia menatap seorang pria yang menghampirinya dengan tatapan heran. “Ya?”.
Pria itu tersenyum, ia mengeluarkan sebuah kartu dan menunjukkkannya pada Geun Suk. “Lee Gyu Jin, Reporter majalah ICON”. Ucapnya memperkenalkan diri.
Geun Suk terkesiap, ia mengalihkan pandangannya pada Shin Hye. Wanita itu sedang menatapnya dengan pandangan khawatir. Geun Suk kemudian kembali menatap Reporter itu. “Lalu?”. tanyanya berusaha tenang.
“Bisakah kita mengobrol sebentar?”. Reporter Lee meraih sebuah kursi kosong dari meja lain dan meletakkannya disamping Geun Suk. Reporter itu kini sudah menduduki kursi itu. Ia segera mengeluarkan sebuah Note kecil, dan membuka aplikasi rekaman suara diponselnya. “Baiklah, mari kita mulai”.
“Aku belum menyetujui ajakanmu, Reporter Lee”. Ucap Geun Suk.
Reporter Lee terkekeh. “Ayolah, bantu aku kali ini saja eoh? Kau sedang menjadi topik panas”.
“Topik panas? Kau bercanda? Aku hanya seorang fotografer. Kalau kau mau topik panas, kau bisa mewawancarai aktor Song Jong Ki atau Idol Grup BTS”. Ucap Geun Suk jengah.
“Song Jong Ki dan BTS sudah diwawancarai oleh Reporter lain. Sekarang, kalau aku mendapatkan wawancara darimu, berita yang keluar akan menjadi Eksklusif. Dan itu jackpot untukku”. Ia tertawa keras setelahnya.
Geun Suk mendengus kasar. “Tapi itu tidak akan menjadi jackpot untuk ku”. Geun Suk bangkit dari duduknya, kemudian meraih pergelangan tangan Shin Hye yang sedari tadi hanya diam menyaksikan perdebatan Geun Suk dan Reporter Lee. “Ayo, kita makan siang ditempat lain saja”. Geun Suk dan Shin Hye beranjak dari sana. Namun, pertanyaan yang dilontarkan oleh Reporter Lee terpaksa membuat langkah mereka terhenti.
“Apa dia Park Shin Hye? Calon istrimu?”.
Geun Suk dan Shin Hye seketika menjadi tegang. Bagaimana dia bisa tahu? Batin Geun Suk. Ia menatap Shin Hye yang juga sedang menatapnya.
“Bagaiman ini?”. Bisik Shin Hye pada Geun Suk.
“Tenanglah”. Geu Suk kemudian berbalik, menatap Reporter Lee yang sedang tersenyum menanti jawaban Geun Suk. Geun Suk semakin merasa kesal saat melihat senyum itu. Dimatanya, senyum Reporter Lee justru terlihat seperti meremehkannya. Sial! Lagipula, darimana dia tahu tentang Shin Hye. Ia kembali menatap Shin Hye. “Kau mungkin akan merasa tidak nyaman setelah ini, jadi maafkan aku”.
Shin Hye mengernyitkan dahi. “Maksudmu?”.
Tidak ada jawaban dari Geun Suk, pria itu kembali menatap Reporter Lee. Ia menghela napas sebelum memberikan jawaban pada Reporter dihadapannya. “Benar. Wanita ini adalah Park Shin Hye, calon istriku”. Ucapnya dengan suara lantang.
Suasana restauran sempat hening sebelum gaduh oleh teriakan para wanita yang merasa iri pada Shin Hye. Sementara Reporter Lee melemparkan senyum kemenangan. Ia kemudian melangkah mendekati Geun Suk dan menepuk pelan bahu Geun Suk. “Terima kasih untuk berita eksklusif ini”. Setelahnya ia berlalu dari sana dengan tawa keras.
Geun Suk merutuki tawa keras Reporter Lee, membuatnya semakin kesal. “Sialan!!!”.
Shin Hye yang masih syok dengan pengakuan Geun Suk hanya bisa diam, ia menatap kedepan dengan pandangan kosong. Bukankah ini yang kau inginkan Shin Hye? Tidak, Shin Hye memang sempat merasa kesal karena Geun Suk tidak memberitahu siapa calon istrinya yang notabene adalah dirinya sendiri. Hingga publik mengira Clara Jung yang akan dinikahi oleh Geun Suk, dan itu sempat membuat Shin Hye uring-uringan. Namun, kini saat Geun Suk memberitahu Reporter tentang Shin Hye lah calon istrinya, entah mengapa ada setitik perasaan bahagia dihati Shin Hye. Ia senang, tentu saja. But, Shin Hye tidak tahu alasan kenapa ia harus merasa senang hanya karena pengakuan Geun Suk tadi.
“Shin Hye?”.
Shin Hye tersentak, ia kemudian menatap Geun Suk. “Y-ya?”.
“Kau tidak apa-apa?”.
“Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit terkejut”.
Geun Suk mengangguk, namun iya masih tidak yakin Shin Hye tidak apa-apa. Ia kemudian menautkan jari-jemarinya pada jari-jemari Shin Hye membawa wanita itu pergi dari sana. Shin Hye sempat terkejut dengan perlakuan Geun Suk yang manautkan jari-jemari mereka. Namun akhirnya ia menurut saja saat Geun Suk membawanya pergi.
Langkah mereka diringi oleh beberapa pasang mata pengunjung yang masih menatap Geun Suk dan Shin Hye, sampai pasangan itu hilang dari pandangan mereka.
***
“Kau mau pulang atau kembali lagi ke butik?”. Pertanyaan Geun Suk memecah keheningan yang sedari tadi sudah melingkupi mereka. Geun Suk yang tengah fokus menyetir, sesekali melirik Shin Hye yang masih diam sejak memasuki mobil. Entah apa yang dipikirkan oleh wanita itu.
“Aku kembali ke butik saja. Masih ada pekerjaan disana”. Jawab Shin Hye.
“Kau yakin? Makasudku, setelah apa yang terjadi di restauran tadi. Mungkin lebih baik kau pulang”.
“Aku tidak apa-apa. Kau seperti baru mengenalku saja”. Shin Hye menjawab dengan kekehan kecil yang keluar dari mulutnya.
Ya, Geun Suk tahu Shin Hye. Wanita disampingnya ini bukan tipe wanita yang mau memperdulikan orang-orang yang tidak menyukainya—Shin Hye—dan tidak peduli dengan perkataan-perkataan negatif orang-orang yang ditujukan padanya juga. Shin Hye memang cuek, namun sesungguhnya ia adalah wanita yang lembut penuh kasih sayang. Dan Geun Suk bisa melihat itu saat Shin Hye bersama Dae Joon. Namun, diamnya Shin Hye beberapa saat lalu, semakin membuat Geun Suk yakin kalau wanita ini sedang tidak baik-baik saja. Dia masih syok, mungkin.
“Mungkin setelah ini kau akan menjadi incaran para wartawan juga”. Ucap Geun Suk.
Shin Hye tersenyum samar. “Itu pasti, dan itu tidak akan nyaman. Karena aku tidak terbiasa dengan semua itu. Tapi, itu konsekuensi memiliki.. Mmm.. calon suami seorang fotografer yang memiliki popularitas setara dengan aktor korea”. Ucap Shin Hye, ia sedikit mengecilkan suaranya saat mengatakan ‘calon suami’. Entahlah, ia hanya merasa malu.
Geun Suk terkekeh pelan, ia bisa menangkap dengan jelas rasa malu Shin Hye saat wanita itu mengatakan calon suami. Sedetik kemudian, senyum jail terlukis dibibirnya. “Shin Hye, aku suka saat kau mengatakan Calon. Suami. Jadi kenapa kau mengecilkan suaramu saat mengatakan itu?”. Tanyanya dengan menekan kata calon suami.
Shin Hye gugup, ia semakin malu. “A-apa? Aku tidak mengecilkan suaraku”. Kilahnya.
“Kau mengecilkan suaramu tadi. Iya kan?” tanya Geun Suk dengan pandangan yang masih fokus ke jalanan.
Shin Hye tidak menjawab, ia lebih memilih untuk mengalihkan tatapannya keluar jendela. Berusaha menyembunyikan rona merah dipipinya yang tiba-tiba saja muncul.
Geun Suk sesekali melirik Shin Hye, dan terkekeh saat melihat wanita itu sedang memegangi pipinya yang sudah dipastikan sedang merona.
Dering ponsel Shin Hye tiba-tiba saja terdengar. Wanita itu segera merogoh tas tangannya dan meraih ponsel berukuran slim miliknya. Ia membaca ID Caller diponselnya, Lee Jong Suk. Setelahnya, Shin Hye langsung memasukkan kembali ponsel itu kedalam tas sampai suara dering nya terhenti. Tak lama kemudian, dering ponsel Shin Hye kembali terdengar. Shin Hye menghela napas kasar, dan tetap membiarkan ponsel itu.
“Kenapa tidak diangkat?”. Tanya Geun Suk.
“Tidak apa-apa. Itu tidak penting”.
Dering ponsel Shin Hye kembali terdengar, terhitung ini sudah ketiga kalinya. Wanita itu mendengus kasar, sebelum merogoh kembali tasnya dan mengambil ponsel itu. Ia sudah akan mengangkatnya sebelum sebuah tangan merebut ponsel itu dari tangannya.
“Lee Jong Suk?” gumam Geun Suk setelah ia membaca ID Caller yang tertera diponsel itu. “Dia mantanmu kan? Untuk apa dia meneleponmu?”.
Shin Hye menghela napas. “Aku tidak tahu. Dia terus meneleponku sejak kemarin”.
Geun Suk hanya mengangguk-ngangguk. Ia menghentikan laju mobilnya dipinggir jalan saat merasakan ponsel itu bergetar menandakan sebuah pesan masuk. Ia kemudian membuka pesan itu, senyum miring terlihat setelahnya. Ia kemudian mengetik sesuatu dan menekan tulisan Send pada layar ponsel itu. Ia memberikan ponsel itu pada Shin Hye kemudian kembali menjalankan mobilnya.
Shin Hye hanya menatap Geun Suk heran. “Apa yang kau lakukan?”.
“Tidak ada. Hanya sedikit permainan, mungkin”. Jawab Geun Suk enteng. S
hin Hye hanya geleng-geleng kepala. Ia kemudian membuka pesan yang tadi dibuka oleh Geun Suk. Sedetik kemudian ia terbelalak. Ia kembali menatap Geun Suk dengan tatapan tidak percaya. “Kau gila? Kau mau apakan dia?”.
Lee Jong Suk: Shin Hye, bisakah kita bertemu. Aku mohon. Kenapa kau tidak menjawab teleponku?.
Shin Hye: Baiklah, kita bertemu di Zikzin Cafe. Sekarang.
Geun Suk tersenyum. “Tenanglah, aku hanya akan memberinya pelajaran. Dan cukup aku yang menemuinya”.
”Tidak. Aku akan ikut”.
“Menurutlah. Kau mau kan si bibir tebal itu menjauh darimu?”.
“Tentu saja. Tapi-“.
”Keputusan sudah final. Aku yang akan menemuinya”.
Shin Hye hanya bisa diam, ia tidak akan bisa membantah lagi jika Geun Suk sudah memutuskan sesuatu secara final.
***
Geun Suk memarkirkan mobilnya ditempat parkir didepan butik Shin Hye. “Nanti malam mau aku jemput?”. Tanyanya pada Shin Hye yang sedang melepaskan sabuk pengaman.
Shin Hye menggeleng. “Aku akan berangkat bersama Eomma dan Appa. Di Myeongdong Kyoja Main Restaurant kan?”.
Geun Suk mengangguk.
“Kau akan mengajak Dae Joon?”. Tanya Shin Hye.
“Kau ingin aku mengajaknya?”.
“Mmm.. Ya jika kau tidak keberatan”.
Geun Suk terkekeh. “Kau tenang saja. Dae Joon akan aku ajak”.
Shin Hye tersenyum, ia sangat merindukan bayi lucu itu. Sedetik kemudian ia kembali menatap Geun Suk serius. “Kau jadi bertemu dengan Lee Jong Suk?”.
“Tentu saja”.
“Jangan membuat masalah”.
”Tenang saja. Aku hanya sedikit menakut-nakutinya”.
Shin Hye hanya mendesah pelan. “Ya sudah, aku duluan”. Shin Hye turun selah mendapat anggukkan dari Geun Suk.
Geun Suk segera menjalankan mobilnya kembali setelah memastikan Shin Hye telah masuk kedalam butiknya. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sebenarnya Geun Suk juga tidak tahu apa yang akan ia lakukan pada Lee Jong Suk nanti. Ia hanya bersikap secara spontan. Ada satu sisi didalam dirinya yang tidak mau Shin Hye berhubungan lagi dengan Lee Jong Suk, sisi itu menyuruhnya untuk menjauhkan serangga bibir tebal itu dari Shin Hye. Dan Geun Suk merasa tidak salah jika mengikuti sisi itu. Toh, ia juga calon suami Shin Hye, jadi tidak ada salahnya kan jika ia bersikap seperti ini?
Sekitar 20 menit, Geun Suk sampai di Zikzin Cafe. Setelah memarkirkan mobilnya, pria tampan itu segera melangkah memasuki cafe. Beruntung suasana cafe tidak terlalau ramai, jadi ia bisa dengan mudah menemukan Lee Jong Suk. Sebenarnya, dengan suasana cafe yang ramai pun Geun Suk masih tetap bisa menemukan Lee Jong Suk, karena Geun Suk tahu bagaimana rupa mantan kekasih calon istrinya itu. Karena dulu Shin Hye pernah mengajak Lee Jong Suk saat berkumpul bersamanya juga Hong Ki.
Geun Suk segera mempercepat langkahnya saat sudah menemukan Lee Jong Suk. Ia segera mendudukkan diri dihadapan Lee Jong Suk. “Lama tidak bertemu, Lee Jong Suk-ssi”. Sapa Geun Suk.
Lee Jong Suk terkejut saat melihat kedatangan Geun Suk.”Kau, kenapa kau yang datang? Shin Hye yang berjanji untuk menemuiku. Bukan kau”.
Geun Suk tersenyum kecil, ia memanggil seorang pelayan dan memesan sebuah minuman dingin. “Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan”. Ucapnya setelah pelayan pergi.
“Maksudmu?”.
“Jauhi Calon. Istriku”.
Lee Jong Suk terkesiap, ia menatap tidak percaya pada Geun Suk. “Jadi kau calon suami Shin Hye?”.
“Kau sudah tahu ya? Dan kau masih menghubungi Shin Hye? Tidak tahu diri”. Desis Geun Suk tajam.
“Kau-“. Ucapan Jong Suk terpotong oleh kedatangan pelayan yang membawakan pesanan Geun Suk. Setelah pelayan itu pergi, Geun Suk meraih gelas berisikan es coffee mocca itu dan meminumnya. “Bukakah kau akan menikah? Kau tidak takut calon istrimu tahu kalau kau masih menghubungi mantanmu”. Tanya Geun Suk setelah ia meletakkan kembali gelasnya keatas meja.
“Itu bukan urusanmu”. Degus Jong Suk.
Perkataan Lee Jong Suk itu sukses membuat Geun Suk tertawa keras. “Kau bercanda? Kau bilang itu bukan urusanku? Ayolah, kau menghubungi Shin Hye, calon istriku. Jika calon istrimu tahu, yang akan terkena imbasnya adalah Shin Hye, dan aku tidak mau itu terjadi”.
Lee Jong Suk diam, dalam hati ia juga membenarkan apa yang diucapkan oleh Geun Suk.
Geun Suk kembali meminum minumannya. “Aku harap ini menjadi pertemuan terakhir kita. Jangan pernah lagi menghubungi Shin Hye untuk mengajaknya bertemu. Karena jika itu terjadi, maka aku lah yang akan datang. Kau mengerti?”. Tanpa menunggu jawaban Lee Jong Suk, Geun Suk segera berlalu meninggalkan pria itu yang masih diam. Ada perasaan lega dihati Geun Suk. Selain itu, ia juga merasa tindakannya ini sangat-sangat benar. Alasannya? Geun Suk pun tidak tahu apa alasannya.
***
“Sepertinya kita datang terlalu cepat”. Keluarga bermarga Park itu sudah menduduki meja nomor 10 direstauran yang sudah disepakati oleh keluarga Jang. Namun sepertinya mereka datang lebih awal, karena saat sampai, mereka belum melihat keberadaan keluarga Jang.
“Shin Hye, coba kau hubungi Geun Suk”. Titah Tuan Park.
Shin Hye mengangguk, ia kemudian mengambil ponsel miliknya didalam tas tangan berwarna pink yang ia bawa. Kemudian segera menghubungi Geun Suk.
“Ya Shin Hye”.
“Kau sedang dimana? Aku, Eomma dan Appa sudah sampai”.
“Aku sedang dijalan. Sudah dekat, mungkin sekitar lima menit kami sampai”.
“Baiklah”. Pip. Shin Hye memutus sambungan telepon kemudian beralih menatap Ayahnya. “Sekitar lima menit lagi mereka akan sampai”.
Tuan Park hanya mengangguk mengerti.
“Sepertinya memang kita yang datang terlalu awal. Ah! Shin Hye, apa Dae Joon juga akan diajak?”. Tanya Nonya Park. Ia sudah diberitahu perihal Dae Joon oleh Shin Hye. Awalnya terkejut, namun ia juga penasaran bagaimana rupa anak calon menantunya.
Shin Hye mengangguk. “Geun Suk bilang dia akan mengajaknya”.
“Shin Hye, kau yakin dengan keputusanmu? Karena Appa sendiri tidak yakin kau dan Geun Suk benar-benar saling mencintai”.
Shin Hye menelan saliva nya, ia gugup. Dalam hati ia merutuki feeling Ayahnya yang sangat tajam. Berusaha tenang, Shin Hye menatap Ayahnya tepat dimanik mata Tuan Park. “Aku yakin Appa. Kami sudah saling mencintai sejak lama. Namun kami baru menyadarinya beberapa bulan yang lalu”. Sial! Mau tidak mau Shin Hye harus berbohong lagi.
Tuan Park menghela napas. “Jika memang kau sudah yakin, Appa bisa apa lagi”.
Shin Hye tersenyum lega. Tapi jika berbicara masalah keyakinan tentang pernikahannya dengan Geun Suk, dari awal pun Shin Hye sangat tidak yakin. Namun sekarang, Shin Hye mulai menemukan setitik keyakinan dihatinya. Bukankah Shin Hye sudah memutuskan untuk memegang janji Geun Suk yang mengatakan akan menjadikan dirinya—Shin Hye—satu-satunya? Jadi, biarlah ia memegang janji itu lebih erat lagi.
“Annyeonghaseyo”.
Lamunan Shin Hye buyar ketika mendengar suara yang sangat ia kenal. Shin Hye menoleh, begitupun dengan Tuan Park dan Nyonya Park. Dapat dilihatnya keluarga Jang yang sudah datang. Nyonya Jang terlihat menggendong Dae Joon yang sudah bergerak-gerak dengan mata berbinar saat mata bulatnya menemukan wajah Shin Hye.
“Omo.. Ha Soon-ah. Lama tidak bertemu”. Nyonya Park bangkit dari duduknya. Kemudian menghampiri Nyonya Jang dan memeluknya. Sedikit susah karena Nyonya Jang masih menggendong Dae Joon.
“Benar. Kau selalu saja sibuk Yoon Min-ah”. Balas Nyonya Jang.
“Ey~ kau juga sama saja”. Nyonya Park mengalihkan tatapannya pada Dae Joon. “Omo~ dia lucu sekali”. Ia meraih Dae Joon dan menggendongnya.
“Eommonim, Appa-nim silahkan duduk”. Shin Hye mempersilahkan calon mertuanya untuk duduk.
Kini mereka semua sudah duduk, mereka juga sudah memesan makanan. Suasana tegang sedikit terasa. Geun Suk yang duduk tepat dihadapan Tuan Park beberapa kali menghela napas. Dae Joon kini sudah berpindah pada Shin Hye, ia sempat menangis karena ingin digendong oleh calon ibunya itu.
“Kita langsung ke intinya saja”. Tuan Jang memulai pembicaraan.
Geun Suk berdehem pelan, ini sudah saatnya. Ia pun menatap Tuan Park serius. “Abeoji, kedatanganku bersama kedua orang tuaku bermaksud ingin melamar Shin Hye untuk menjadi istriku”. Ucapnya lancar. Geun Suk diam-diam menghela napas lega.
Hening, belum ada jawaban dari Tuan Park. Geun Suk yang sempat merasa lega, tiba-tiba saja menjadi tegang kembali. Bagaimana jika Tuan Park tidak menerima lamarannya? Tiba-tiba Geun Suk merasa takut sendiri. Padahal ia tahu pernikahan ini hanya pernikahan yang saling menguntungkan antara dirinya dengan Shin Hye, namun entah mengapa Geun Suk tidak rela jika Tuan Park menolak lamarannya.
Tuan Park terlihat mengela napas, ia kemudian menatap Geun Suk serius. “Aku bisa saja menerima lamaranmu. Tapi apakah kau bisa memberiku jaminan supaya aku lebih percaya kalau kau akan mencintai putriku selamanya dan tidak akan pernah menyakitinya?”.
Skak mat, Geun Suk diam. Semua mata yang duduk dimeja nomor 10 itu menatap kearah Geun Suk. Tanpa terkecuali Shin Hye yang juga merasakan ketegangan yang luar biasa.
Geun Suk masih diam. Ia mengumpat dalam hati, bagaimana bisa ia memberikan jaminan jika ia sendiri tdak tahu apa yang akan ia berikan sebagai jaminannya. Suasana tegang yang semakin terasa semkin membuat Geun Suk tidak tahu harus menjawab apa. Cinta akan datang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, ingin sekali Geun Suk menjawab seperti itu. Tapi tidak, ia yakin Tuan Park akan menguburnya hidup-hidup. Aku akan memberikan nyawaku sendiri sebagai jaminannya, Geun Suk juga ingin menjawab itu. Tapi kembali lagi, ini bukan pernikahan sepasang kekasih yang didasari atas cinta yang menggelora. Jadi apa yang harus aku jawab? Batinnya.
***
TBC
Recent Comments