Ditempat dimana Geun Suk berdinas saat ini memang benar-benar tidak ada sinyal. Kalaupun ingin mendapatkan sinyal yang full, Geun Suk dan yang lainnya harus berjalan cukup jauh. Disini sangat kurang sumber air bersih, sebagai gantinya masyarakat disini memanfaatkan sungai yang airnya juga tidak bisa dikatakan bersih.
“Geun Suk, perutku sakit”. Keluh Kang Min Hyun atau selama ini kita menyebutnya dokter Kang. “Aku kesal karena rumah yang kita tinggali selama disini tidak ada kamar mandinya”. Memang benar, selama ini pun mereka mandi disungai tepat dihadapan mereka ini.
Geun Suk yang sedari tadi hanya diam sambil memperhatikan air sungai di depannya, kini menoleh pada dokter Kang. “Biasanya juga buang air besar disini kan?”.
“Memang iya. Tapi, setiap kali aku mandi disini dan menabung disini, pikiranku selalu dipenuhi dengan kuman-kuman yang kotor”. Dokter Kang bergidik setelahnya. Sebenarya, hal seperti itu bukan hanya dirasakan oleh dokter Kang seorang. Tapi semua dokter yang sedang berdinas disini pun merasakan yang sama, termasuk Geun Suk.
“Ya Tuhan, ‘uangku’ sudah ada diujung”. Dokter Kang segera mencelupkan kedua kakinya kedalam air, lalu berjalan cukup jauh guna menemukan spot untuk menabung.
Geun Suk yang melihatnya hanya bisa mendesah lelah. Ia baru akan mencelupkan kakinya kedalam air saat ia teringat sesuatu. Pria itu merogoh saku celananya dan meraih ponsel pintar miliknya. Geun Suk berharap ia mendapatkan sinyal agar bisa menghubungi Shin Hye. Ini sudah hari ke empat, dan ia sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk menghubungi istri cantiknya. Faktor utamanya tak lain dan tak bukan adalah sinyal.
Desahan kecewa terdengar saat Geun Suk menyalakan ponselnya, tidak ada sinyal sama sekali. Padahal Geun Suk ingin sekali mengetahui keadaan Shin Hye, baikkah? Atau tidak. Lebih dari itu, Geun Suk ingin mendengar suara Shin hye. Meskipun ia tidak mengakuinya secara terang-terangan. Untuk alasan yang tidak ingin ia akui itu, Geun Suk ingin tugas dinas ini cepat selesai.
***
Shin Hye melihat ibunya sedang duduk dibangku yang ada diteras rumah saat ia memarkirkan mobilnya dihalaman. Ia bertanya-tanya untuk apa ibunya datang kemari.
“Eomma”. Sapanya saat ia sudah keluar dari mobil. Ia berjalan menghampiri Nyonya Park dan memeluknya dengan erat.
Shin Hye mengajak ibunya masuk kedalam rumah sambil membantu membawa barang yang dibawa oleh Nyonya Park.
“Kenapa Eomma datang kemari? Dan ini?”. Shin Hye bertanya sambil meletakkan barang bawaan ibunya ke atas meja makan. Setelah itu, ia membuatkan secangkir teh untuk ibunya.
“Sebelum berangkat dinas, Geun Suk menghubungi Eomma. Dia bilang kau tidak mau ditemani selama dia pergi, jadi dia meminta Eomma untuk sesekali mengunjungimu. Dan itu semua makanan kesukaanmu”.
Shin Hye tersenyum, ia meletakkan teh buatannya diatas meja makan lalu duduk dihadapan ibunya. “Dia itu… padahal aku sudah bilang kalau aku akan baik-baik saja selama ia pergi”.
“Dia menghubungimu?”.
Shin Hye menggeleng. “Geun Suk bilang disana akan susah sinyal. Aku pun sudah pernah mencoba untuk menghubunginya, tapi tidak tersambung”. Ujar Shin Hye sambil kembali mengingat saat ia mencoba menghubungi suaminya. Berapa kalipun ia mencoba, hasilnya tetap nihil.
“Shin Hye, Eomma yakin kau pasti sulit menjalani pernikahan ini kan?”.
Shin Hye tidak langsung menjawab. Pikirannya kembali pada saat awal-awal pernikahan yang dijalaninya ini. Memang benar pada saat itu Shin Hye kesulitan, ia sempat kecewa pada orang tuanya karena telah menjodohkannya begitu saja. Butuh waktu untuk menerima Geun Suk.
Pada awalnya, Shin Hye pikir akan sangat menyebalkan hidup satu rumah dengan Geun Suk. tapi setelah ia menjalaninya cukup lama, ternyata Geun Suk tidak se-menyebalkan seperti yang ia kira. Pria itu menyenangkan. Ia nyaman hingga perasaan panas saat melihat Geun Suk didekati wanita lain itu datang mengganggunya, bahkan hingga saat ini.
Ngoming-ngomong soal rasa yang sedang mengganggunya, pikiran Shin Hye jadi berkecamuk apakah ia harus bertanya pada ibunya atau tidak. Cukup lama ia berpikir, akhirnya ia memutuskan untuk bertanya. Tentu saja dengan sedikit karangan yang ia buat.
“Eomma, temanku bertanya sesuatu tapi aku tidak bisa menjawabnya. Mungkin Eomma bisa”.
“Pertanyaan apa?”.
“Dia merasakan perasaan semacam panas saat melihat kekasihnya didekati wanita lain. Dia bilang itu terasa aneh”.
“Dia cemburu, begitu saja kau tidak bisa menjawab”.
Shin Hye diam, mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulutnya. But, cemburu? “Eomma, cemburu hanya berlaku pada pasangan yang saling mencintai kan?”.
“Temanmu berpacaran dengan kekasihnya pasti karena mereka saling mencintai, kalau tidak mana mungkin mereka bisa menjalin hubungan khusus. Rasa cemburu itu perasaan tidak terima saat melihat orang yang kita cintai didekati oleh orang lain. sudah ah, Eomma lapar”.
Shin Hye membiarkan ibunya berlalu mengambil peralatan makan dan membuka makanan yang dibawanya. Ia memilih untuk tetap diam ditempat semula. Mencerna dengan baik setiap kata yang baru saja ibunya ucapkan. Baginya, ini benar-benar mustahil untuk kembali merasakan cinta. Apalagi setelah apa yang dilakukan oleh Ayahnya. Shin Hye tidak berencana untuk jatuh cinta, dan ia menolak keras bahwa ia telah cemburu melihat Geun Suk bersama suster itu.
***
Malam kembali datang, dan Shin Hye kembali merasakan sepi. Saat Geun Suk dinas malam, ia tidak merasakan sepi seperti ini karena memang ia tahu Geun Suk masih berada dalam satu kota dengannya, jadi ia tidak perlu merasa khawatir. Tapi ini… posisi Geun Suk jauh, pria itu pun sulit dihubungi, membuatnya menerka-nerka bagaimana keadaan pria itu.
Lantunan lagu Enchanted yang dinyanyikan oleh Taylor Swift melalui ponsel menemani Shin Hye yang masih disibukkan dengan sketsa gaun rancangannya. Ibunya sudah pulang sore tadi, meskipun wanita paruh baya itu memaksa untuk menemani Shin Hye dalam kata lain menginap, tapi Shin Hye tetap bersikeras untuk menolak. Hal itu membuat Nyonya Park mengalah dan pulang tak lama setelah perdebatan itu.
Lagu yang diputarnya belum selesai, namun sudah terhenti dan digantikan dengan nada dering pertanda ada sebuah video call masuk. Shin Hye menghentikan gerakan tangannya diatas kertas dan melihat siapa yang menghubunginya melalui video call malam-malam begini.
Senyum manis tercipta di bibirnya saat tahu siapa yang menghubunginya melalui video call. Tidak menunggu lama lagi, Shin Hye segera menerimanya.
“Hi”.
Shin Hye kembali tersenyum. Ia bisa melihat wajah Geun Suk dan ia bahagia akan hal itu. Ada sedikit raut kelelahan diwajah Geun Suk. Tapi dia tetap tampan. “Hi”.
“Well, aku baru bisa mendapatkan sinyal. Itu pun harus berjalan cukup jauh. And now, aku tengah berdoa supaya sinyalnya tidak hilang secara tiba-tiba saat aku menghubungimu”.
Shin Hye terkekeh. “Kau baik-baik saja disana?”.
“Tidak sepenuhnya baik-baik saja. Disini serba terbatas”.
Shin Hye mengangguk-anggukkan kepalanya. Tanpa diceritakan pun, Shin Hye paham bagaimana keadaan disana. “Dokter Kang?”.
“Dia terus merengek seperti bayi karena tidak tahan ingin pulang. Aku mencari sinyal bersamanya, tapi dia kembali merasakan sakit perut. Jadi dia pergi untuk mengatasi masalahnya”.
“Kau harus mengobatinya”.
“Dia bisa mengobati dirinya sendiri. Kau baik-baik saja dirumah? Ada hal yang mengganggumu?”.
Shin Hye menggeleng. “Tadi Eomma datang kemari, dia memaksa untuk menginap dan aku menolaknya”. Shin Hye bisa mendengar decakan kesal Geun Suk setelahnya.
“Kenapa menolak, aku akan merasa lebih tenang jika kau ditemani oleh Eomma”.
“Aku baik-baik saja Geun Suk, tidak perlu berlebihan. Aku bukan orang yang sedang diteror oleh serangan bom, jadi kau tidak perlu khawatir”.
“Tetap saja”.
“Oke, jadi kau menghubungiku hanya untuk berdebat denganku?”. Shin Hye mulai kesal.
“Tidak. Aku hanya memastikan kau baik-baik saja. Dan…”.
Shin Hye diam, menunggu kelanjutan ucapan Geun Suk.
“Aku merindukanmu, Shin Hye”.
Sambungan video call nya terputus setelah Geun Suk menyelesaikan kalimat terakhir. Wajah Shin Hye tampak shock. Ia beralih menatap foto pernikahannya dengan Geun Suk, pada saat itu mereka berdua tersenyum dan Shin Hye tahu kalau itu hanya senyum palsu.
Jadi, mendengar Geun Suk mengatakan merindukannya benar-benar terasa aneh ditelinga Shin Hye. Geun Suk tidak seharusnya merindukan Shin Hye. wanita itu berdehem, tatapannya kini beralih pada bingkai foto Geun Suk berukuran kecil diatas meja riasnya. Menatapnya begitu dalam, Shin Hye seolah sedang berkata melalui tatapan matanya.
Kau tidak seharusnya merindukanku, Geun Suk.
***
TBC
Recent Comments