Choose You: Chapter 15

Suka atau tidak, Shin Hye harus tetap menerima bahwa sekarang dirinya tengah hamil. Anehnya, sama sekali tidak ada pikiran-pikiran aneh seperti melakukan aborsi terhadap kandungannya meski Shin Hye mengatakan tidak ingin hamil terlebih dahulu untuk sekarang. Ia bersyukur pikiran jahat itu tidak pernah terlintas diotaknya, entah apa yang akan terjadi kedepannya jika sampai hal itu ia lakukan.

Karena janin didalam perutnya ini-lah, Shin Hye memutuskan untuk mencoba percaya pada Geun Suk. Pria itu berhak tahu, lagi pula ia tidak akan bisa menyembunyikan kehamilannya ini terus-menerus, perutnya akan semakin buncit dari waktu ke waktu dan berakhir dengan kecurigaan dibenak suaminya.

Seperti sekarang, ia memang sedang masak untuk makan malam tapi otaknya setia menyusun kalimat-kalimat untuk memberitahukan hal penting ini pada Geun Suk. Ia merasa sedikit tidak yakin setelah mengingat sikapnya yang cuek terhadap Geun Suk akhir-akhir ini. Shin Hye takut Geun Suk tidak akan mendengarkannya.

“Aku pulang”.

Shin Hye menghentikan sejenak kegiatannya demi menghampiri Geun Suk didepan. Dahinya mengerut bingung kala melihat Geun Suk pulang sendirian. “Yerin?”.

“Masih bersama dokter Kang, entah pria itu akan membawa Yerin kemana”. Jawab Geun Suk sambil memberikan tas serta jas dokter-nya pada Shin Hye. “Kau masak apa, kenapa harum sekali?”. Lanjutnya sambil berlalu ke ruang makan dan duduk manis disana, menunggu hidangan yang telah dimasak oleh istrinya.

“Kau tidak mau mandi dulu?”. Tanya Shin Hye sekembalinya ia dari kamar –menyimpan barang-barang Geun Suk-

“Nanti saja, apa masih lama?”.

Shin Hye mendengus geli, ia segera menyelesaikan masakannya lalu menghidangkan makanannya dihadapan Geun Suk. “Apa kau tidak makan di rumah sakit? Binar matamu seperti kau sudah setahun tidak melihat makanan saja”. Wanita itu melepas apron ditubuhnya lalu duduk disamping Geun Suk.

“Bukan seperti itu, melihat masakan istriku memang selalu membuatku lapar”.

Shin Hye tersenyum. Ia pikir ini saat yang tepat untuk mulai berbicara, namun saat melihat lahapnya Geun Suk makan, wanita itu mengurungkan niatnya dan memilih untuk menunggu sampai suaminya selesai. “Pelan-pelan”. Ujarnya lembut sambil menyodorkan air putih yang telah ia tuangkan kedalam gelas sebelumnya.

“Kau tidak makan?”.

Shin Hye menggeleng. “Sebenarnya ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu”.

“Hal penting?”.

Shin Hye mengangguk.

Geun Suk menghentikan makannya lalu meraih selembar tisu, membersihkan sekitaran mulutnya sebelum perhatiannya kini lebih fokus pada Shin Hye. “Katakan, aku senang jika kau terbuka seperti ini”.

Shin Hye tersenyum tipis, merasa bersalah karena selama ini selalu bersikap tertutup pada Geun Suk. Padahal jelas sekali jika suaminya ini selalu memasang telinga kapanpun jika Shin Hye mau berkeluh kesah atau menceritakan masalahnya. Saat inipun, Geun Suk sampai meninggalkan makanannya yang masih tersisa setengah demi mendengarkannya berbicara. Satu tetes air mata jatuh ke pipinya, Shin Hye seperti dihantam batu yang besar saat melihat sikap Geun Suk barusan.

“Jadi, hal penting itu adalah hal sedih? Apa ini berhubungan dengan Ayahmu?”.

Shin Hye menggeleng. “Bukan”.

“Katakan sayang, aku tidak pandai dalam menebak”.

Shin Hye tersenyum, ia meraih tangan kiri Geun Suk lalu menggenggam tangan hangat suaminya dengan kedua tangannya sendiri. “Aku minta maaf atas semua sikap menyebalkan yang aku perlihatkan padamu”.

Geun Suk tidak menyahut, ia menunggu Shin Hye melanjutkan kata-katanya.

“Kau pernah bertanya apakah aku akan tetap tidak peduli jika kau mencintaiku”.

“Benar”.

“Jawabanku adalah… aku peduli. Karena sebenarnya, aku pun merasakan hal yang sama sepertimu, namun aku memilih untuk menepis dan menyembunyikan perasaan itu dibalik ketakutanku yang besar. Geun Suk, bisakah aku mempercayaimu?”.

Geun Suk tidak langsung membalas. Sebagai gantinya, pria itu membawa Shin Hye duduk diatas pangkuannya. Berusaha untuk membuat tubuh rapuh istrinya menjadi tenang. “Aku mengizinkamu untuk langsung membunuhku jika suatu hari aku membuat hatimu terluka”.

Shin Hye terkekeh. “Aku pegang ucapanmu”. Lalu memeluk Geun Suk dengan erat.

“Ada hal lain yang ingin kau bicarakan?”. Tanya Geun Suk, ia membalas pelukan Shin Hye tak kalah eratnya.

“Aku hamil”.

Kedua mata Geun Suk membola, ia melepaskan pelukannya lalu menatap Shin Hye dengan tampang terkejut. “S-sejak kapan?”.

“Aku baru tahu tadi siang. Dokter klinik itu bilang aku harus ke rumah sakit untuk mengetahui lebih detail”.

“Ya Tuhan, jadi disini…”. Geun Suk mendaratkan telapak tangannya yang sedikit gemetar diatas permukaan perut Shin Hye yang masih rata. Ia tidak bisa mendefiniskan perasaan yang sedang ia rasakan sekarang, fakta bahwa ia akan menjadi seorang Ayah dalam beberapa bulan kedepan adalah hal kedua –setelah Shin Hye memutuskan untuk percaya pada Geun Suk- yang paling membahagiakan yang pernah ia rasakan selama ia hidup.

“Kau terlihat sangat bahagia”.

Perhatian Geun Suk kini teralihkan pada Shin Hye. “Tentu saja, besok akan aku temani bertemu dokter kandungan dirumah sakit”. Ujarnya lalu mengecupi wajah Shin Hye sebagai luapan rasa bahagianya.

Drrrt… drrrt…

Ponsel disaku Geun Suk mengintrupsi kegiatan sepasang suami istri ini, Geun Suk mengembalikan Shin Hye ketempat duduk semula sebelum meraih ponselnya didalam saku celana. Ia mengernyit bingung saat melihat nama dokter Kang dilayar ponselnya.

***

30 menit berlalu namun masih tidak ada tanda-tanda Geun Suk dan juga dokter lain yang membantu pekerjaan pria itu keluar dari ruang UGD. Hal itu membuat Shin hye semakin diliputi rasa khawatir ditengah lamanya ia menunggu dikursi tak jauh dari ruangan itu.

Yerin…

Beberapa waktu lalu, dokter Kang menghubungi Geun Suk untuk memberitahu bahwa keadaan Yerin tiba-tiba memburuk setelah mengalami mimisan, batuk darah dan berakhir dengan tidak sadarkan diri. Ia –Shin Hye- dan Geun Suk langsung bergegas ke rumah sakit dan setelahnya hanya tersisa Shin Hye yang menunggu sendirian dikursi tunggu sementara Geun Suk segera bergabung dengan dokter lain.

Untaian doa terus ia ucapkan didalam hatinya. Sebenarnya, ia ingin masuk kedalam. Meggenggam tangan kecil Yerin untuk memberikan gadis kecil nan cantik itu kekuatan. Tapi hal itu mustahil. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain duduk menunggu sambil tidak berhenti berdoa.

Tubuhnya refleks berdiri saat mendengar bunyi pintu terbuka. Geun Suk yang keluar pertama dari sana dengan wajah lelah serta langkah yang lesu. Membuat pikiran-pikiran buruk melayang-layang diotaknya.

“Bagaimana dengan Yerin?”. Shin Hye tidak mendapatkan jawaban, membuat wanita itu semakin takut dengan kemungkinan terburuk yang melayang diotaknya. Sebagai gantinya, wanita itu langsung mendapatkan pelukan dari Geun Suk.

“Tuhan lebih menyayangi Yerin”.

“Maksudmu dia tidak mampu bertahan?”.

Shin Hye merasakan anggukkan Geun Suk sebagai jawaban atas pertanyaannya. Detik itu juga tangis yang sedari tadi ia tahan langsung pecah ditengah sunyinya lorong sumah sakit.

Geun Suk tidak bisa melakukan apapun selain lebih mengeratkan pelukannya. Wajahnya ia dongakkan demi menghalau air mata yang hendak jatuh. Ia sangat tahu bagaimana sayangnya Shin Hye terhadap Yerin. Begitupun dengannya, ia sudah menganggap Yerin sebagai anaknya sendiri.

***

7 months later…

“Maaf ya malam ini aku hanya bisa membuatkanmu bekal sandwich”. Ujar Shin Hye sambil meletakkan tas serta jas dokter milik Geun Suk diatas meja makan.

“Ini sudah lebih dari cukup”. Geun Suk merubah posisi duduknya menjadi menyamping, menghadap Shin Hye. Tanganya ia lingkarkan dipinggang istrinya yang semakin berisi. “Appa berangkat kerumah sakit dulu ya baby, jaga Eomma dengan baik dirumah”. Lalu ia memberikan beberapa kecupan sayang diatas perut buncit Shin Hye.

“Dia selalu saja bergerak dengan aktif jika kau menyapanya”.

“Dia pasti merindukanku karena aku jarang dirumah akhir-akhir ini, maaf ya baby”. Lagi, Geun Suk memberikan kecupannya diatas perut Shin Hye.

Ting.. tong..

Suara bel mengintrupsi kegiatan Geun Suk. pria itu mengumpat pada siapapun yang bertamu malam-malam begini dan mengganggu quality time nya bersama istri dan juga anaknya. Dasar!

“Biar aku yang bukakan pintu sekalian mengantarmu kedepan”. Shin Hye meraih tangan Geun Suk dan membawa pria itu kedepan.

Pintu terbuka. Baik Shin Hye mau pun Geun Suk dibuat bingung dengan kehadiran seorang wanita yang terlihat tidak baik-baik saja. Tubuhnya sangat kurus, pucat dan wajahnya terlihat keriput, sesekali wanita itu membenarkan cardigan tipis berwarna hitam yang dipakai ditubuh kurusnya.

“Kau mengenalnya?”. Geun Suk berbisik.

Shin Hye menggeleng. Ia tidak mengenal wanita ini, wajahnya terlihat asing. “Maaf, Anda siapa?”. Tanyanya dengan sopan.

“Aku kesini untuk bertemu Park Shin Hye”.

***

TBC

 

 

 

 

 

 

Leave a comment