The Wedding 7

*Part sebelumnya

Tuan Park terlihat mengela napas, ia kemudian menatap Geun Suk serius. “Aku bisa saja menerima lamaranmu. Tapi apakah kau bisa memberiku jaminan supaya aku lebih percaya kalau kau akan mencintai putriku selamanya dan tidak akan pernah menyakitinya?”.

Skak mat, Geun Suk diam. Semua mata yang duduk dimeja nomor 10 itu menatap kearah Geun Suk. Tanpa terkecuali Shin Hye yang juga merasakan ketegangan yang luar biasa. Geun Suk masih diam. Ia mengumpat dalam hati, bagaimana bisa ia memberikan jaminan jika ia sendiri tdak tahu apa yang akan ia berikan sebagai jaminannya. Suasana tegang yang semakin terasa semkin membuat Geun Suk tidak tahu harus menjawab apa.

Cinta akan datang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, ingin sekali Geun Suk menjawab seperti itu. Tapi tidak, ia yakin Tuan Park akan menguburnya hidup-hidup. Aku akan memberikan nyawaku sendiri sebagai jaminannya, Geun Suk juga ingin menjawab itu. Tapi kembali lagi, ini bukan pernikahan sepasang kekasih yang didasari atas cinta yang menggelora. Jadi apa yang harus aku jawab? Batinnya.

***

Suasana hening bercampur tegang masih sangat terasa dimeja bernomor 10 itu. Belum ada yang berani membuka suara setelah Tuan Park bertanya pada Geun Suk soal jaminan. Shin Hye yang masih memangku Dae Joon pun hanya bisa diam, dalam hati ia merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa menolong Geun Suk.

Terdengar helaan napas kasar dari Nyonya Park, ia menatap suaminya jengah. “Yeobo, kau ini seperti baru kenal dengan Geun Suk saja. Geun Suk bukan orang baru dikeluarga kita. Ia tidak mungkin menyakiti Shin Hye, aku yakin Geun Suk mencintai Shin Hye tulus”.

“Aku hanya tidak mau putriku menyesal nantinya. Karena aku sendiri masih belum yakin mereka saling mencintai”.

Nyonya Park berdecak, ia beralih menatap Geun Suk. “Geun Suk-ah, jangan terlalu dipikirkan. Orang tua ini hanya terlalu sedih karena putrinya akan menikah”.

Geun Suk tersenyum samar, dalam hati ia berterima kasih pada calon ibu mertuanya ini karena telah membuatnya sedikit rileks. Suasana tegang sedikit berkurang sebelum Tuan Park kembali membuka suara.

“Jadi, kau tidak akan menjawab pertanyaanku, Geun Suk?”.

Ugh! Sial. Geun Suk sangat berharap Tuan Park melupakan pertanyaannya itu. Ck, kalau seperti ini, mau tidak mau Geun Suk harus berbohong lagi. Hitunglah sudah berapa kali Geun Suk berbohong dari awal hingga sekarang. Semoga Tuhan memaklumi kebohonganmu Geun Suk !

Geun Suk berdehem pelan sebelum menatap Tuan Park, ia sudah merangkai sebuah kebohongan didalam otaknya. “Abeoji, aku mencintai Shin Hye. Seringnya kami bertemu membuat aku jatuh cinta pada Shin Hye. Abeoji bisa melakukan apapun padaku jika Abeoji melihat Shin Hye menangis karena-ku”. Shit! Apa yang diucapkannya seratus persen hanyalah omong kosong.

Tuan Park menatap Geun Suk intens, ia mehghela napas pelan mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri. “Baiklah, aku menerima lamaranmu”.

Semua yang berada disana mengehela napas lega. Kepala Geun Suk yang tadi terasa berat kini sudah terasa lebih ringan. Ia menatap Shin Hye, tanpa sadar memberikan senyum manis pada calon istrinya. Sementara Shin Hye yang dipandangi oleh Geun Suk hanya bisa merona, ia hanya membalas senyuman Geun Suk dengan senyum canggung.

Aksi saling tatap itu harus terhenti saat beberapa pelayan membawakan pesanan mereka. Para pelayan itu membungkuk hormat dan pergi dari sana setelah semua makanan yang mereka bawa telah tertata rapi diatas meja makan. Merekapun mulai menyantap makan malam mereka diselingi dengan obrolan ringan.

Shin Hye terpaksa harus makan sambil menyuapi Dae Joon sup ayam yang dipesan khusus untuk anak berumur satu tahun itu. Bocah itu seperti tidak ingin jauh dari Shin Hye meskipun Nyonya Jang sudah berusaha untuk meraihnya agar Shin Hye bisa makan dengan tenang.

***

“Joonie-ah, lihat! Yang diatas itu namanya bintang”.

Dae Joon mengikuti arah pandang Shin Hye. Mereka kini sedang berada ditaman yang disediakan oleh pihak restaurant. Setelah makan malam, Shin Hye meminta izin untuk membawa Dae Joon jalan-jalan. Dan disinilah mereka, melihat bintang yang menghiasi langit malam, bersinar mendampingi bulan yang saat itu juga bersinar dengan indahnya.

Shin Hye menatap Dae Joon yang saat itu tengah mendongak menatap lagit. Telunjuk mungilnya teracung keatas. Shin Hye sdikit membenahi baju hangat yang sedang dikenakan Dae Joon. “Joonie-ah, ikuti ucapan Eomma. Bin-tang”.

Dae Joon menatap Shin Hye. “Tang~ tang Ma, tang~”. Dae Joon tertawa setelahnya, ia senang dengan apa yang baru saja diucapkannya.

Shin Hye terkekeh geli, ia mencium pipi bulat Dae Joon. “Bintang sayang, bukan Tang”.

Dae Joon tertawa, ia kembali mendongak menatap bintang. Sementara itu, Shin Hye tiba-tiba saja teringat dengan apa yang dikatakan oleh Geun Suk tadi pada Ayahnya.

“Abeoji, aku mencintai Shin Hye. Seringnya kami bertemu membuat aku jatuh cinta pada Shin Hye. Abeoji bisa melakukan apapun padaku jika Abeoji melihat Shin Hye menangis karena-ku”.

Mencintai? Shin Hye terkekeh kecil, ia sadar betul apa yang diucapkan oleh Geun Suk hanya sebuah kebohongan. Ada rasa bersalah pada kedua orang tuanya karena telah membohongi mereka. Shin Hye kembali berpikir tentang pernikahannya dengan Geun Suk yang minggu depan akan segera dilangsungkan. Ya, masing-masing keluarga sudah sepakat pernikahan Jang Geun Suk dan Park Shin Hye akan dilangsungkan minggu depan.

Sampai sekarang, Shin Hye masih berusaha memantapkan hatinya. Kisah cintanya benar-benar seperti cerita drama yang pernah ditontonnya. Jika didrama tokoh wanita harus menikah dengan orang yang tidak dikenal, maka Shin Hye berbeda, ia jelas mengenal Geun Suk. Pria yang kini berstatus sebagai calon suaminya, pria yang dengan tampang mendekati sempurna. Kenyataan tentang tidak adanya cinta dipernikahannya nanti, membuat Shin Hye harus tersenyum miris. Pernikahan impiannya adalah pernikahan yang romantis dengan mempelai pria yang tulus mencintainya. But now, ia akan menikah dengan sahabatnya sendiri.

Ini memang keputusannya, dan Shin Hye sedang berusaha keras untuk tidak menyesali ini. Geun Suk juga pernah mengatakan kalau cinta bisa datang belakangan, dalam artian cinta bisa datang seiring berjalannya waktu. Jadi, bolehkah Shin Hye berharap suatu saat nanti cinta tulus akan datang melingkupi rumah tangganya dengan Geun Suk?

“Kalian disini”.

Lamunan Shin Hye terhenti, baik ia maupun Dae Joon menoleh dan menemukan Geun Suk tengah berjalan menghampirinya dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya. Shin Hye sempat tertegun sejenak, lama mengenal Geun Suk dan baru kali ini Shin Hye menyadari fakta calon suaminya itu benar-benar tampan. Shin Hye berdehem pelan untuk menutupi keterpesonaan-nya terhadap Geun Suk.

”Dia tidak rewel kan?” tanya Geun Suk seraya mendudukkan dirinya disamping Shin Hye, sebelah tangannya ia gerakkan untuk mengusap kepala putranya yang masih nyaman berada diatas pangkuan Shin Hye.

“Tidak. Kami sedang melihat bintang”.

Geun Suk tersenyum, ia kemudian mendongak menatap bintang-bintang yang menghiasi langit malam. “Cuaca malam ini sangat bagus”. Gumamnya.

Shin Hye hanya bergumam membalas ucapan Geun Suk.

Geun Suk mengalihkan pandangannya pada Shin Hye, memandang sahabat yang kini sudah resmi menjadi calon istrinya. “Kau sudah resmi menjadi calon istriku”. Ucapnya diselingi dengan tawa kecil.

Shin Hye hanya tersenyum samar. ”Bukankah ini konyol?”.

“Konyol?”.

Shin Hye mengangguk. “Pernikahan ini terjadi karena suatu keadaan dimana kau yang terus didesak untuk menikah. Dan aku yang ingin membuktikan pada mantanku kalau aku bisa melupakan dia–mantan Shin Hye—dengan cepat”. Jelas Shin Hye tanpa memandang Geun Suk.

Geun Suk diam, ia tidak membalas ucapan Shin Hye. Tapi tunggu, ada sisi didalam dirinya yang tidak terima saat Shin Hye mengatakan semua ini konyol. Kenapa? Geun Suk menggelang, sekarang ia merasa dirinya lah yang konyol. “Kau menyesalinya?”. tanya Geun Suk spontan.

Shin Hye terkekeh, ia mengeratkan pelukannya pada Dae Joon yang sedang menyamankan dirinya diatas pangkuan Shin Hye. Sepertinya bocah itu mengantuk. “Kau tahu persis aku tidak pernah menyesali apa yang sudah menjadi keputusanku”.

Suasana kembali hening, karena baik Shin Hye maupun Geun Suk tidak ada yang berniat untuk melanjutkan obrolan. Sejenak Shin Hye teringat dengan kejadian siang tadi saat Geun Suk mengatakan akan menemui Lee Jong Suk–mantannya. Ia menoleh dan menatap Geun Suk. “Apa yang kau bicarakan dengan Lee Jong Suk tadi siang?”.

Geun Suk terkekeh, ia balas menatap Shin Hye. “Aku pikir kau melupakan itu”.

“Jawab saja Geun Suk”.

“Kau penasaran?”.

“Tentu saja, itu menyangkut diriku juga”.

Geun Suk mengangguk, ia melemparkan senyum jahil pada Shin Hye. “Kalau begitu teruslah penasaran”. Ucapnya enteng.

Shin Hye ternganga, apa-apaan laki-laki ini. “Kau bercanda?”.

“Tidak. Teruslah penasaran Park Shin Hye. Ah! Maksudku Nyonya Jang”. Geun Suk tersenyum jahil, ia menatap Shin Hye dengan menaik turunkan kedua alisnya.

Nyonya Jang? Pipi Shin Hye memanas, sialan! Gadis itu berusaha menutupi pipinya yang mulai merona.

“Itu hanya urusan laki-laki. Perempuan tidak perlu tahu”.

Shin Hye mendengus, lebih baik tidak membalas ucapan Geun Suk jika tidak mau perdebatan ini terus berlanjut. Menyebalkan!

“Oh! Dae Joon tertidur”. Seru Geun Suk.

Shin Hye mengikuti arah pandang Geun Suk, ia mengulum senyum saat melihat Dae Joon tertidur pulas diatas pangkuannya. “Sebaiknya kita segera pulang. Eomma dan Appa juga pasti sudah terlalu lama menunggu didalam”.

Geun Suk mengangguk. “Berikan Dae Joon padaku”. Shin Hye memberikan Dae Joon pada Geun Suk dengan hati-hati, berjaga-jaga agar bayi itu tidak terbangun. Dae Joon terlihat menggeliat dengan rengekan kecil keluar dari mulutnya namun tidak lama kemudian ia kembali tertidur didalam gendongan Ayahnya.

Tanpa sadar, Geun Suk meraih jemari Shin Hye, mengisi ruang kosong disela jemari wanita itu dengan jemarinya. Shin Hye terkesiap, ia menatap jemarinya yang saling bertautan dengan jemari Geun Suk. Jantungnya berdegup kencang, perasaan hangat melingkupi hatinya. Ada apa denganku?

***

Seorang wanita cantik dengan pakaian seksi terlihat memasuki butik milik Shin Hye. Ia berjalan anggun, suara higheels yang beradu dengan lantai membuat semua yang sedang berada didalam butik itu menoleh, memperhatikan wanita yang sedang menyibakkan rambut panjangnya.

”Omo~ itu Clara Jung”.

“Daebak.. Dia sempurna”.

“Sempurna pantatku. Semua yang saat ini kalian lihat adalah hasil operasi pelastik. Lihatlah, ukuran dadanya bahkan sangat tidak normal”.

“Ey~ bilang saja kau iri”.

”Cih, untuk apa aku iri. Tapi untuk apa dia kemari?”.

Clara Jung tidak memperdulikan bisikan-bisikan disekitarnya. Ia terlihat menghampiri seorang pegawai wanita. “Biskah aku bertemu dengan Park Shin Hye?”.

“Maaf Nona. Saat ini Nona Park sedang tidak bisa diganggu”.

Clara mendengus. “So’ sibuk sekali”. Tanpa menghiruakan ucapan pegawai tadi, ia bergegas menaiki tangga. Clara yakin ruangan Shin Hye ada dilantai dua. Ia mengabaikan suara pegawai tadi yang memanggil-manggil namanya.

Sesampainya Clara dilantai dua, ia melihat sebuah ruangan berukuran sedang dengan dinding yang terbuat dari kaca. Dari luar ia bisa melihat Shin Hye yang sedang serius mengetik sesuatu dikomputernya. Clara mendengus, tanpa mengetuk pintu, ia menerobos masuk kedalam ruangan itu.

Shin Hye terkesiap saat seseorang tiba-tiba saja masuk kedalam ruangannya. Ia mengernyitkan dahi saat melihat Clara berada dihadapannya dengan menyilangkan kedua tangannya didada. “Clara Jung? Untuk apa kau kemari”.

Clara tidak menjawab. Ia memandangi Shin Hye dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia mendecih setelahnya. “Dilihat dari sisi manapun juga, aku lebih baik darimu”.

Shin Hye semakin mengernyitkan dahi. “Apa maksudmu?”.

Clara menatap Shin Hye dengan tatapan meremehkan. Tanpa dipersilahkan, ia mendudukkan dirinya disofa yang ada diruangan itu. Clara duduk dengan menyilangkan kakinya hingga memperlihatkan paha paha mulus wanita itu. “Bagaimana mungkin seorang Jang Geun Suk memilihmu sebagai calon istri”.

Shin Hye menghela napas, kini ia paham kenapa Clara datang menemuinya. “Tapi itulah kenyataannya Clara-ssi”. Shin Hye bangkit dari duduknya, berjalan menuju sofa dan mendudukkan dirinya dihadapan Clara. “Kau mau minum apa?”.

”Cih, kau pikir aku mau minum minuman disini hah? Tidak sudi”.

Shin Hye tersenyum samar. “Cara bicaramu terlalu kasar untuk ukuran seorang model yang sangat dicintai banyak orang”.

Clara mengepalkan sebelah tangannya, ia bangkit dan memandang Shin Hye tajam. ”Beraninya kau berbicara seperti itu padaku”.

Shin Hye mengikuti Clara, ia juga bangkit dari duduknya. Kini kedua wanita itu saling berhadapan, saling bertatapan dengan tatapan yang tajam. “Wae? Kau kesal karena cintamu bertepuk sebelah tangan?”. Ucap Shin Hye dengan nada meremehkan.

”Kau-“.

“Sadarlah! Jang Geun Suk adalah calon suamiku. Dan kau hanya orang asing yang berharap cintamu diterima oleh Geun Suk”. Ucap Shin Hye semakin berani.

Clara menggeram tertahan. Sialan! Berani sekali wanita ini. Tidak-tidak, jika aku marah, itu artinya aku kalah. Batinnya. Clara menghela napas, berusaha menenangkan dirinya. “Aku datang kesini hanya untuk mengatakan kau dan Geun Suk sama sekali tidak cocok. Hanya akulah yang cocok bersanding dengan Geun Suk.” Clara pergi setelahnya.

Shin Hye ternganga mendengar ucapan Clara, percaya diri sekali. Setelahnya ia tersadar dengan apa yang tadi ia ucapkan. Didepan Clara tadi, ia bersikap seperti seorang gadis yang secara tidak langsung menyuruh gadis lain untuk tidak mendekati pria yang dicintainya lagi. Apa-apaan? Sikapnya tadi benar-benar diluar kendali Shin Hye. Entahlah, ada sisi didalam Shin Hye yang tidak suka melihat Clara yang seolah masih mengharapkan balasan cinta dari Geun Suk. Shin Hye menggeleng, sepertinya ia butuh sedikit hiburan.

Saat akan beranjak keluar, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Shin Hye menghela napas kasar saat melihat ID Caller dilayar ponselnya. Tuhan, apa lagi sekarang. Shin Hye akhirnya mengangkat telepon itu. “Ada apa? Kenapa kau terus menelponku?”.

“Shin Hye, kembalilah padaku”.

***

”Sudah aku putuskan, aku akan kembali padanya”. Ucap seorang wanita disebuah kamar hotel. Wanita itu tidak sendirian, ia bersama seorang laki-laki disana.

“Kau bercanda? Kau sudah lupa dengan apa yang kau lakukan padanya?”.

Wanita itu mendengus. ”Kenapa kau mengungkit hal itu lagi”.

Laki-laki itu terlihat meraih sebatang rokok dan menyalakannya. “Aku hanya mengingatkan”.

Sang wanita hanya berdecak melihat kelakuan Laki-laki itu. “Dengan atau tanpa persetujuanmu. Aku akan tetap kembali padanya”.

Pria itu menghembuskan asap rokok nya keudara. “Kau yakin?”.

“Tentu saja. Aku tidak pernah seyakin ini”.

Pria itu mengangguk. “Kapan kau akan kembali?”.

Sang wanita terlihat berpikir sejenak, setelahnya ia mengangguk yakin setelah memutuskan. “Mungkin dua minggu lagi”.

Pria itu mengangguk, ia mengetukkan rokoknya kedalam asbak sebelum menghisapnya kembali. Suasana hening melingkupi mereka. Sang wanita terlihat melangkah menuju balkon, menengadahkan kepalanya. Menatap langit malam yang dihiasi oleh bintang.

“Aku akan kembali, dan menebus semuanya”.

***

TBC

Leave a comment